NIKMAT DAN SIKSA KUBURAN
DAN BIMBINGAN BAGI PENCARI GANJARAN
DI BULAN MUHARROM YANG DIAGUNGKAN
Bag.2
Pengantar:
Fadhilatusy Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid bin
Yahya Al Hajuriy Az Za’kariy-Semoga Alloh memelihara beliau-
Disusun Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo-semoga Alloh memaafkannya-
di Dammaj Yaman-semoga Alloh menjaganya-
Judul asli:
“Itsbatu Na’imi Wa ‘Adzabil Qobr Wa Bayanu Ma Fi Shiyami
Syahrillahil Muharrom Minal Ajr”
Bab Empat: Di Antara Sebab Nikmat Kubur
Sebab pertama: iman kepada Alloh dan Rosul-Nya, dan realisasi dua kalimat syahadat
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ﴾ [السجدة: 20]
“Dan adapun orang-orang yang fasiq (kafir) maka tempat mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kalian mendustakannya.”
Al Imam Al Qurthubiy رحمه الله berkata: “Dan adapun orang-orang yang fasiq” yaitu keluar dari keimanan kepada kekufuran “maka tempat mereka adalah Neraka” yaitu tempat berdiam mereka adalah di dalam Neraka. “Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya” yaitu jika gejolak Neraka mendorong mereka ke atas Neraka, mereka dikembalikan lagi ke tempat mereka di dalamnya, karena mereka ingin sekali untuk keluar darinya.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/14/hal. 107).
Sampai kepada firman Alloh ta’ala:
﴿وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾ [السجدة : 21].
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian dari adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Dan Al Baro bin ‘Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah berkata: Yang dimaksudkan adalah siksaan kubur.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/6/hal. 369).
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Sekelompok ulama –di antaranya adalah Ibnu Abbas- telah berargumentasi dengan ayat ini tentang adanya siksaan kubur. Dan dalam argumentasi tersebut ada sesuatu karena ini adalah siksaan di dunia yang menyeru mereka untuk rujuk dari kekufuran, dan perkara ini tidak tersamarkan oleh Habrul Ummah (alimnya umat ini) dan penerjemah Al Qur’an (yaitu Ibnu Abbas), akan tetapi termasuk dari fiqih beliau tentang Al Qur’an dan mendalamnya pemahaman beliau tentang itu beliau memahami darinya sebagai siksaan kubur, karena Alloh Yang Mahasuci mengabarkan bahwasanya Dia punya dua siksaan untuk mereka: siksaan yang dekat, dan siksaan yang besar. Dia mengabarkan bahwasanya Dia merasakan kepada mereka sebagian dari adzab yang dekat mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Maka ini menunjukkan bahwasanya masih tersisa siksaan yang dekat untuk mereka yang dengannya mereka disiksa setelah siksaan dunia. Karena itulah Dia berfirman: “sebagian dari adzab yang dekat” dan tidak berfirman: “Dan pasti Kami akan merasakan kepada mereka adzab yang dekat”. Maka renungkanlah.” (“Ar Ruh”/hal. 132/cet. Darul Kutubil ‘Arobiy).
Al Imam As Sa’diy رحمه الله berkata: “Dan ayat ini adalah termasuk dari dalil-dalil penetapan adanya siksaan kubur. Dan penunjukannya itu jelas, karena sungguh Alloh berfirman: “sebagian dari adzab yang dekat” yaitu: sebagian darinya, maka ini menunjukkan bahwasanya di sana ada siksaan yang lebih dekat sebelum siksaan terbesar, yaitu siksaan Neraka.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 656).
Jika orang kafir disiksa di kuburannya. Maka mukmin itu diberi kenikmatan di situ. Dan dari Abu Huroiroh رضي الله yang berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : «إذا قبر أحدكم أو الإنسان أتاه ملكان أسودان أزرقان يقال لأحدهما : المنكر والآخر : النكير فيقولان له : ما كنت تقول في هذا الرجل محمد ؟ فهو قائل ما كان يقول، فإن كان مؤمنا قال : هو عبد الله ورسوله أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله. فيقولان له : إن كنا لنعلم إنك لتقول ذلك، ثم يفسح له في قبره سبعون ذراعا في سبعين ذراعا، وينور له فيه فيقال له : نم فينام كنومة العروس الذي لا يوقظه إلا أحب أهله إليه حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك. وإن كان منافقا قال : لا أدري كنت أسمع الناس يقولون شيئا فكنت أقوله، فيقولان له: إن كنا لنعلم أنك تقول ذلك ثم يقال للأرض : التئمي عليه فتلتئم عليه حتى تختلف فيها أضلاعه، فلا يزال معذبا حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك».
“Rosululloh shollallohi ‘alaih wasallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian dikubur dua malaikat berwarna hitam dan biru mendatanginya, yang satu bernama Munkar, yang lain bernama: Nakir. Keduanya berkata padanya: “Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini, Muhammad?” Maka dia mengucapkan apa yang dulu biasa dia lakukan, jika dia itu adalah orang mukmin, dia berkata: “Beliau adalah hamba Alloh dan utusan-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Alloh dan utusan-Nya.” Maka keduanya berkata kepadanya: “Sesungguhnya kami benar-benar mengetahui bahwasanya engkau memang mengatakan itu.” Lalu dilapangkanlah untuknya di kuburannya seluas tujuh puluh hasta kali tujuh puluh hasta, dan diterangilah untuknya di situ, lalu dikatakan padanya: “Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidaklah membangunkannya kecuali keluarga yang paling dicintainya. Sampai Alloh membangkitkannya dari tempat pembaringannya itu.”
Dan jika si mayit itu munafiq, dia akan berkata: “Saya tidak tahu, dulu saya mendengar orang-orang mengucapkan sesuatu maka sayapun mengucapkannya.” Maka keduanya berkata kepadanya: “Sesungguhnya kami benar-benar mengetahui bahwasanya engkau memang mengatakan itu.” Lalu dikatakan pada bumi: “Mengatuplah terhadapnya.” Maka bumi mengatup terhadapnya sehingga tulang-tulang rusuknya berselisih di dalamnya. Terus-menerus dia disiksa sampai Alloh membangkitkannya dari tempat pembaringannya itu.” (HR. Ibnu Hibban (3117), sanadnya shohih).
Sebab kedua: mati syahid
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ﴾ [آل عمران : 169].
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki.”
Ini terang sekali berbicara tentang kenikmatan kubur bagi para syuhada. Dari Musruq رحمه الله yang berkata:
سألنا عبد الله –يعني ابن مسعود- عن هذه الآية: ﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ﴾ قال: أما إنا قد سألنا عن ذلك فقال: «أرواحهم في جوف طير خضر لها قناديل معلقة بالعرش تسرح من الجنة حيث شاءت ثم تأوي إلى تلك القناديل فاطلع إليهم ربهم اطلاعة فقال: هل تشتهون شيئا قالوا: أي شيء نشتهى ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا. ففعل ذلك بهم ثلاث مرات فلما رأوا أنهم لن يتركوا من أن يسألوا قالوا: يا رب، نريد أن تردّ أرواحنا في أجسادنا حتى نقتل في سبيلك مرة أخرى. فلما رأى أن ليس لهم حاجة تركوا».
“Kami bertanya kepada Abdulloh –yakni: Ibnu Mas’ud- tentang ayat ini: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki.” Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya kami telah menanyakan tentang itu maka beliau –Nabi صلى الله عليه وسلم -menjawab: “Ruh-ruh mereka ada di perut burung-burung hijau yang memiliki sarang yang tergantung di bawah ‘Arsy, makan dari makanan Jannah sekehendaknya, kemudian dia hinggap di sarang-sarang tadi. Lalu Robb mereka melihat kepada mereka seraya berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Apa lagi yang kami inginkan sementara kami makan dari makanan Jannah sekehendak kami?” Robb mereka melakukan itu terhadap mereka sebanyak tiga kali. Manakala mereka berpandangan bahwasanya mereka tak akan ditinggalkan untuk meminta, merekapun berkata: “Wahai Robb kami, kami ingin Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami hingga kami berperang lagi di jalan-Mu.” Manakala Alloh melihat bahwasanya mereka tak punya kebutuhan, merekapun ditinggalkan.” (HR. Muslim/no. 1887/cet. Darul Kitabil Arobiy).