Tawakkal kepada Allah Ta’ala Kunci Utama Meraih Rezeki
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقٌ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَعُوْدُ بِطَانًا
“Andaikan kalian bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam kondisi kenyang.” [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, Shahih At-Tirmidzi: 1911]
Beberapa Pelajaran:
1) Tawakkal kepada Allah ta’ala termasuk sebesar-besarnya sebab meraih rezeki. Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
وَهَذَا الْحَدِيثُ أَصْلٌ فِي التَّوَكُّلِ، وَأَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ الْأَسْبَابِ الَّتِي يُسْتَجْلَبُ بِهَا الرِّزْقُ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا – وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}
“Hadits ini adalah dalil pokok dalam tawakkal, bahwa ia termasuk sebesar-besarnya sebab untuk meraih rezeki. Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka cukuplah Allah sebagai Penolongnya.” (Ath-Tholaq: 2-3).” [Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/496-497]
2) Apa hakikat tawakkal? Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
وَحَقِيقَةُ التَّوَكُّلِ: هُوَ صِدْقُ اعْتِمَادِ الْقَلْبِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي اسْتِجْلَابِ الْمَصَالِحِ، وَدَفْعِ الْمَضَارِّ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ كُلِّهَا، وَكِلَةُ الْأُمُورِ كُلِّهَا إِلَيْهِ، وَتَحْقِيقُ الْإِيمَانِ بِأَنَّهُ لَا يُعْطِي وَلَا يَمْنَعُ وَلَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ سِوَاهُ.
“Hakikat tawakkal adalah jujurnya hati dalam bergantung kepada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih maslahat dan menolak mudarat dalam seluruh perkara dunia dan akhirat, serta memasrahkan semua urusan kepada Allah dan merealisasikan keimanan bahwa tidak ada yang memberi, yang menahan, yang menimpakan bahaya dan memberi manfaat selain-Nya.” [Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/497]
3) Tawakkal tidak menafikkan sebab, mencari rezeki dengan cara yang halal -seperti burung yang pergi pagi dan pulang sore- adalah perintah syari’at, tetapi hendaklah hati seorang hamba senantiasa bergantung hanya kepada Allah, bukan kepada pekerjaan atau kepada siapa pun (lihat Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/498).
4) Dengan sebuah pekerjaan ringan seperti yang dilakukan seekor burung, namun disertai tawakkal kepada Allah ta’ala dengan sebenar-benarnya, maka akan dibukakan bagi seseorang pintu-pintu rezeki yang melimpah ruah (lihat Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/502).
5) Buah tawakkal adalah ridho dengan ketetapan Allah ta’ala dan bersifat qona’ah; merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan (lihat Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/508-509).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar