Hari-Hari Ramadhan dengan Sunnah Sang Teladan
Kesempatan untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan merupakan salah satu nikmat, keutamaan, dan rahmat Allah bagi umat Islam. Oleh karena itu, bergembiralah dengan nikmat dan keutamaan ini sebagaimana firman-Nya.
”Katakanlah (wahai Muhammad) dengan keutamann yang Allah berikan dan rahmat-Nya hendaklah membuat kalian gembira dengan hal tersebut lebih utama dari harta yang kalian kumpulkan.” (Yunus: 58)
Memulai ibadah puasa berdasarkan ru’yatul hilal.
Demikianlah bimbingan Rasulullah kepada umatnya. Penentuan masuk dan keluarnya bulan Ramadhan berdasarkan ru’yatul hilal (melihat hilal/ bulan sabit) sebagaimana sabdanya:
”Janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal (Ramadhan), dan janganlah kalian ber-’iedul fitri sampai kallian melihat hilal (Syawwal).” (Muttafaqun ’Alaihi)
Memulai dengan mengakhiri puasa bersama pemerintah kaum muslimin.
Denagn mengikuti pemerintah dalam pelaksanaan puasa Ramadhan dan juga Idul Fitri, maka suasana persatuan dan kesatuan umat Islam akan tercipta. Rasulullah sendiri telah mengisyaratkan akan hal tersebut dalam sabdanya:
”Puasa itu di hari kalian (wahai umat Islam) berpusa (secara bersamaan), Idul Fithri itu adalah pada saat kalian beridul fithri (secara bersamma), dan waktu berkurban (Idul Adha) adalah pada hari kalian berkurban (secara bersamman).” (HR. At-Tirmidzi)
Menjaga shalat malam (tarawih) dan melaksanakannya secara berjama’ah.
Rasulullah bersabda, ”Barang siapa yang mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan dengannya pahala maka akan diampuni dosanya yang yelah lau.” (Muttafaqun ’Alaih)
Makan sahur dan mengakhirkannya.
Rasulullah bersabda, ”Bersahurlah kalian karena dalam sahur itu ada barokah.” (Muttafaqun ’Alaih)
Menyegerakan berbuka.
Sebagaimana sabda Nabi, ”Umat Islam senantiasa berada di atas kebaikannya selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun ’Alaih)
Memberikan hidangan untuk orang yang berbuka.
”Barang siapa menjamu untuk orang yang berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa tadi tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Menambah porsi ibadah.
Dahuli Nabi memperbanyak abadah adan amalan kebajikan pada bulan Ramadhan, shahabat Ibnu Abbas mengatakan (artinya),
”Dahulu Nabi adalah orang yang paling bersungguh-sungguhuntuk mengerjakan kebaikan, dan kesungguhan beliau yang paling besar adalah ketika Ramadhan.” (Muttafaqun ’Alaih)
Menjauhi hal-hal yang mengurangi nilai ibadah puasa.
Nabi bersabda, ”Barang siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan kotor atau pun perbuatan keji, maka Allah tidak butuh kepada upaya dia untuk meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Al-Bukhari)
Ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir.
Shahabat Abdullah bin Umar mengatakan, ”Dahulu Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”(Muttafaqun ’Alaih)
Memperbanyak taubat dan istighfar.
Rasulullah bersabda, ”Dan celakah seseorang yang memasuki bulan Ramadhan, kemudian habislah bulan tersebut sebelum dia mendapatkan ampunan.” (HR. At-Tirmidzi)
Doa yang dipanjatkan ketika malam Lailatul Qadr.
Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah, ”Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu kalau aku mengetahui saat terjadinya Lailatul Qadr, apa doa yang harus aku panjatkan? ”Rasulullah menjawab, ”Katakanlah (dalam doamu)
اللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ (كَرِيْمٌ) تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
”Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf dan mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sumber : Kalender Hijriah 1434 H Buletin Al-Ilmu
(440) views
Tidak ada komentar:
Posting Komentar