Akhlaq, Kisah
Pemimpin itu Pelayan !
(Rinai-rinai Cerita Episode Ketiga)
.
“Demi Allah!! Anda harus tetap duduk! Jangan berdiri”
Sumpah di atas yang disandingkan dengan permohonan agar tetap duduk diucapkan Umar bin Abdul Aziz kepada tamunya : Raja’ bin Haiwah, seorang ulama besar asal Palestina di masa tersebut. Malam itu Raja’ bin Haiwah datang bertamu dan menginap di rumah Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz Sang Khalifah Adil.
Pelita minyak yang menerangi ruangan tempat mereka berbincang-bincang nampak mulai meredup. Raja’ bin Haiwah lalu berinisiatif untuk memperbaiki pelita tersebut. Saat Raja’ bangkit berdiri, Umar bin Abdul Aziz menahan beliau sambil mengucapkan sumpah di atas.
Raja’ bin Haiwah terheran-heran dengan sikap Sang Khalifah,
Pelita minyak yang menerangi ruangan tempat mereka berbincang-bincang nampak mulai meredup. Raja’ bin Haiwah lalu berinisiatif untuk memperbaiki pelita tersebut. Saat Raja’ bangkit berdiri, Umar bin Abdul Aziz menahan beliau sambil mengucapkan sumpah di atas.
Raja’ bin Haiwah terheran-heran dengan sikap Sang Khalifah,
“Apakah Anda sendiri yang akan memperbaiki? Anda adalah seorang Amirul Mukminin…”
Umar bin Abdul Aziz tidak menanggapi pertanyaan itu. Beliau tetap bangkit berdiri untuk memperbaiki pelita minyak. Setelah selesai ,beliau menyatakan,
“Saat berdiri tadi, aku adalah Umar bin Abdul Aziz. Ketika kembali lagi, aku pun tetap Umar bin Abdul Aziz”
Subhaanallah! Luar biasa sekali sikap di atas! …”Aku adalah Umar bin Abdul Aziz,bukan karena telah menjadi Amirul Mukminin lantas Aku bukan lagi seorang Umar bin Abdul Aziz…”
Umar bin Abdul Aziz telah mencontohkan secara nyata kepada kita tentang sebuah sisi dari sikap Mengendapkan Rasa…Ya,rasa ingin selalu dilayani oleh orang lain adalah salah satu rasa yang mesti kita endapkan.Justru kita dituntut untuk selalu berpikir kemudian dilanjutkan dengan tindakan nyata, bagaimanakah melayani orang lain?
Dengan posisi sebagai seorang pemimpin besar Islam,Umar bin Abdul Aziz sejatinya layak untuk dilayani.Akan tetapi,beliau lebih memilih untuk merealisasikan sabda Nabi di dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim (2588) ;
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ“Tidak seorang pun bersikap merendah karena Allah melainkan ia pasti semakin ditinggikan derajatnya oleh Allah”
Pemimpin dengan jiwa melayani adalah dambaan setiap insan… Benar begitu, bukan? Apalagi saat-saat ini… Saat setiap mata dan telinga selalu disibukkan dengan calon pemimpin negeri… Siapapun pasti berharap, pemimpin terpilih esok waktu adalah seorang pemimpin yang berjiwa melayani, memperhatikan rakyat, tidak semena-mena, sederhana dan berusaha sederajat dengan rakyatnya.
Berbicara tentang pemimpin dambaan semacam di atas, pasti segera melambungkan kita kembali kepada kenangan manis Umar bin Khatab, Khalifah Kedua di dalam sejarah Islam. Sepatutnya setiap pemimpin meneladani sifat-sifat beliau yang sangat elok untuk diteladani.
Umar bin Khatab adalah tipe seorang pemimpin yang sangat peduli dengan rakyatnya.
“Andai saja seekor kambing mati di tepi sungat Furat karena tersesat jalannya,aku yakin Allah akan meminta tanggung jawabku pada hari kiamat nanti”, tutur beliau.
Bayangkan saja! Jangankan seorang warga… seorang rakyat… seekor kambing milik rakyat saja beliau nyatakan sebagai bagian dari amanat dan tanggung jawab beliau. Bukankah pemimpin semacam ini yang sedang kita cari?
Umar bin Khatab adalah seorang pemimpin yang berusaha untuk sama-sama merasakan penderitaan rakyatnya. Musim paceklik pernah menyerang… Hujan telah sekian lama tidak tercurah, tanah menjadi kering kerontang gersang dan kelaparan merata di mana-mana. Tahun itu dikenal dengan sebutan Tahun Ar Ramaadah.
Hanya roti gandum dan minyak dari susu sapi yang dimakan oleh Umar bin Khatab… Pemimpin tertinggi kaum muslimin…Seorang pemimpin dari daratan dan lautan yang membentang hingga separuh bumi… Hanya makan roti biasa dengan minyak dari susu sapi?
“Aku tidak sampai hati makan hingga kenyang… Sementara anak-anak kaum muslimin mengalami kelaparan”,demikian kata Umar untuk kita.
Semoga Allah merahmati Umar… Hati ini tergetar, jiwa ikut bergemuruh dan hampir saja kedua pelupuk mata basah tergenangi air mata ketika membaca kisah kecil di atas… Akankah ada pemimpin semacam beliau yang akan kita miliki ?
Umar bin Khatab adalah seorang pemimpin sederhana dan bersahaja.
Umar bin Khatab adalah seorang pemimpin sederhana dan bersahaja.
Hurmuzan… seorang pejabat tinggi kerajaan Persia datang ke kota Madinah untuk menemui Umar bin Khatab..Dengan menggunakan pakaian mewah beserta atribut-atribut kerajaan,Hurmuzan diantar untuk menemui Umar yang sedang tidur beristirahat di dalam masjid.
“Dimanakah Umar?”,tanya Hurmuzan.
Para sahabat yang mengantar lalu memberikan isyarat, “Orang itulah Umar bin Khatab”
Hurmuzan heran,”Loh… dimana para pengawalnya”
“Umar tidak membutuhkan pengawal”, kata para sahabat.
Hurmuzan lalu mengatakan kepada Umar :
“Anda telah memimpin dengan adil sehingga Anda selalu merasa aman. Sehingga Anda pun dapat tidur dengan tenang”
Subhaanallah!
Pemimpin yang adil pasti dapat tidur dengan tenang.Ia akan selalu merasa aman walau tanpa pengawalan. Sebab… Allah lah yang akan menjaga dan melindunginya.. Bukankah pemimpin adil semacam ini yang sedang kita tunggu-tunggu?
Pemimpin yang adil pasti dapat tidur dengan tenang.Ia akan selalu merasa aman walau tanpa pengawalan. Sebab… Allah lah yang akan menjaga dan melindunginya.. Bukankah pemimpin adil semacam ini yang sedang kita tunggu-tunggu?
Ah… kenapa kita juga belum tersadar ?
Apakah masing-masing kita tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang Pemimpin…? Kenapa setiap kali berbicara tentang Pemimpin, kita selalu membahas dan membicarakan orang lain?
Apakah masing-masing kita tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang Pemimpin…? Kenapa setiap kali berbicara tentang Pemimpin, kita selalu membahas dan membicarakan orang lain?
Sekali lagi…. Anda adalah seorang Pemimpin… Walau lingkup dan areanya kecil dan tidak terlalu luas, namun sadarlah bahwa Anda adalah seorang Pemimpin… Keluarga, tetangga dan kawan-kawan Anda adalah rakyatnya…
Kenapa kita berharap muncul seorang pemimpin yang melayani? Seorang pemimpin yang peduli dengan rakyat? Seorang pemimpin yang adil? Seorang pemimpin yang bersahaja? Sementara kita sendiri pun seharusnya menjadi pemimpin yang demikian…
Kenapa kita berharap muncul seorang pemimpin yang melayani? Seorang pemimpin yang peduli dengan rakyat? Seorang pemimpin yang adil? Seorang pemimpin yang bersahaja? Sementara kita sendiri pun seharusnya menjadi pemimpin yang demikian…
Kenapa tidak kita sendiri yang mewujudkannya? Istri Anda… anak-anak Anda… orangtua Anda… tetangga Anda… kawan-kawan Anda… bawahan dan pegawai Anda… Semuanya berharap agar Anda menjadi seorang pemimpin yang selalu melayani mereka, memperhatikan mereka, bersikap adil kepada mereka dan bersahaja dalam bersikap kepada mereka.
Mengapa benak kita selalu terpaku kepada pemimpin tertinggi di negeri ini? Lalu kita lupa bahwa kita pun ditugaskan Allah untuk menjadi seorang pemimpin…
Mengapa benak kita selalu terpaku kepada pemimpin tertinggi di negeri ini? Lalu kita lupa bahwa kita pun ditugaskan Allah untuk menjadi seorang pemimpin…
Rasulullah bersabda di dalam hadist Abdullah bin Umar riwayat Bukhari dan Muslim ;
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه“Masing-masing kalian adalah seorang pemimpin…Dan masing-masing kalian akan diminta pertanggungjawaban nya pada hari kiamat nanti”
Ingat-ingatlah selalu bahwa Anda adalah seorang pemimpin! Oleh sebab itu, berusahalah belajar mengendapkan rasa “untuk selalu ingin dilayani”… Orang lain pun merasa senang dan tersanjung jika Anda melayaninya… Sering-seringlah memberi sebab kita pun sangat senang jika diberi… Hidup di dunia ini memang untuk saling berbagi dan memberi… Melayani dan dilayani…maka, marilah menjadi pelayan yang baik… Terutama kepada orang-orang yang kita cintai… Jangan karena merasa menjadi seorang pemimpin lantas selalu ingin dilayani…Sesungguhnya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu melayani…
Contohlah Umar bin Khatab…Contohlah pula Umar bin Abdul Aziz…
00000___________________00000
_Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz_
_di tengah gelapnya di sebuah malam Ramadhan 1434 H_00.35_
dengan harapan membuncah_ya Allah ampunilah dosa hamba Mu ini_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar