TANDA KEBESARAN DAN KEAGUNGAN ALLAH ‘AZZA WA JALLA PADA MALAIKAT PEMIKUL ‘ARSY-NYA


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ


أُذِنَ لِى أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ إِنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ


وهؤلاء الملائكة، قد وكلهم الله تعالى بحمل عرشه العظيم، فلا شك أنهم من أكبر الملائكة وأعظمهم وأقواهم، واختيار الله لهم لحمل عرشه، وتقديمهم في الذكر، وقربهم منه، يدل على أنهم أفضل أجناس الملائكة عليهم السلام، قال تعالى: وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ


أي: فإذا كان ما بين شحمة أذنه إلى عاتقه سبعمائة عام، فكيف ببقية جسمه؟ أي فهو على ضخامة عظيمة لا يعلم كنهها وقدرها إلا الله سبحانه وتعالى. وقد ذكر هذا الحديث في هذا الباب لأنه يتعلق بإثبات العرش، والله تعالى فوق العرش


1) Keagungan dan kebesaran Allah tabaraka wa ta’ala yang Maha Mampu menciptakan, menguasai dan mengatur seluruh makhluk-Nya, yang besar dan yang kecil. Dan Dialah yang Maha Besar, seluruh makhluk kecil di hadapan-Nya.
2) Dialah Allah satu-satunya yang pantas disembah, mempersekutukan-Nya dengan selain-Nya adalah perendahan terhadap-Nya, karena itu berarti menyamakan-Nya dengan makhluk-makhluk yang kecil lagi hina dan kadang kotor penuh dosa dan najis, oleh karena itu kesyirikan adalah dosa, kezaliman dan kebodohan terbesar.
3) Agungnya ‘arsy Allah ta’ala sebagai makhluk terbesar dan atap seluruh makhluk, Allah di atasnya tanpa membutuhkannya sedikit pun, bahkan ‘arsy dan seluruh makhluk yang butuh kepada-Nya. Dan Allah lebih besar dari seluruh makhluk-Nya.
4) Keutamaan para malaikat yang memikul ‘arsy, maka wajib mencintai dan memuliakan mereka.
5) Keutamaan para ulama, penuntut ilmu dan pengajar kebaikan, dari tiga sisi:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Dia, Yang Menegakkan Keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga mempersaksikannya). Tidak ada yang berhak disembah melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imron: 18]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ، وَمَنْ فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, maka Allah akan memudahkan baginya sebuah jalan menuju surga, dan sungguh malaikat menghamparkan sayapnya karena ridho kepada penuntut ilmu, dan sungguh seorang ulama itu dimohonkan ampun baginya penduduk langit dan bumi, sampai ikan di kedalaman laut, dan sungguh keutamaan orang yang berilmu di atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan di malam purnama di atas seluruh bintang-bintang, dan sungguh para ulama adalah pewaris para nabi, dan sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang melimpah.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu’anhu, Shahihul Jaami’: 6297]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الحُوتَ (فِي الْبَحْرِ) لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الخَيْرَ
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi, sampai semut di sarangnya, bahkan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” [HR. At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu’anhu, Shahihul Jaami’: 1838]
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
“Seorang ulama yang mengamalkan ilmu serta mangajarkannya dimuliakan para malaikat yang ada di langit.”[Diriwayatkan At-Tirmidzi]

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memudahkan baginya jalan ke surga, dan tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dicurahkan kasih sayang, diliputi para malaikat dan Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhyillahu’anhu]
6) Para malaikat yang besar lagi gagah perkasa tersebut tunduk kepada Allah ta’ala, senantiasa beribadah kepada-Nya dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya, maka kita sebagai makhluk yang lemah lagi kecil sepatutnya lebih takut dan tunduk kepada Allah jalla wa ‘ala dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
7) Para malaikat yang sangat dekat dengan Allah dan paling mulia pun beribadah kepada-Nya, maka tidak patut mereka dipersekutukan dengan Allah ta’ala, dan tentunya makhluk-makhluk yang derajatnya lebih rendah dan lebih jauh dari Allah daripada mereka, lebih tidak patut lagi untuk dipersekutukan dengan Allah ta’ala.
8) Mengenal kebesaran dan keagungan Allah melalui ayat-ayat-Nya dan makhluk-makhluk-Nya.
9) Menyadari kelemahan dan kehinaan kita sebagai makhluk, maka sangat tidak patut untuk menyombongkan diri, dan hakikat sombong adalah menganggap remeh manusia dan menolak kebenaran.
10) Sebagaimana ‘Arsy adalah makhluk yang nyata, demikian pula Malaikat adalah makhluk yang nyata dan memiliki sifat-sifat yang terpuji, dan setan juga makhluk yang nyata dan memiliki sifat-sifat tercela, tidak seperti keyakinan sebagian ahli filsafat bahwa malaikat hanyalah potensi baik dalam diri manusia dan setan hanyalah unsur jelek dalam diri manusia, oleh karena itu diantara perusak aqidah terbesar adalah ilmu filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar