Halaman

Kamis, 10 Mei 2012

Jangan Takut Anakku

Jangan Takut Anakku


Oleh : Al Ustadz Zamakhsari
بسم الله الرحمن الرحيم
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk selalu membimbing, mengarahkan bahkan memahamkan anak kita akan agama Allah subhanahu wa ta’ala, sebagai bekal dalam mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, orang tua harus mengenalkan anak akan Sang Pencipta, yang akan memberikan pertolongan terhadap kaum muslimin yang taat, dalam mengarungi dan menghadapi kehidupan yang semakin berat di dunia ini. Dengan keyakinan itulah, segala permasalahan akan dapat dihadapi bahkan diselesaikan atas pertolongan Allah.
Anak dengan segala keunikan yang ada pada dirinnya, tidak terlepas dari permasalahan baik pada dirinya, keluarganya, lingkungannya dan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Begitu pula berat ringannya persoalan yang dihadapi, antara anak satu dan yang lainnya, maka sering kita jumpai anak-anak yang penakut terhadap sesuatu yang seharusnya tidak perlu untuk ditakuti. Semua itu membuat kita sebagai orang tua berpikir, apa yang harus diperbuat oleh kita terhadap anak-anak kita dalam menghadapi masalah tersebut. Dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memberikan nasehat kepada putra pamannya Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu yang mana dalam hadits tersebut menjelaskan tentang keyakinan akan adanya pertolongan Allah terhadap hambanya yang beriman dan disitu pulalah rasa optimismenya terhadap dirinya.
(( يا غلام إني أعلمك كلمات : احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله, و إذا استعنت فاستعن بالله. و اعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لن ينفعوك إلا بشيئ قد كتبه الله لك. و إن اجتمعوا على أن يضروك بشيء لن يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك, رفعت الأقلام و جفت الصحف )) رواه الترمذي و قال حديث حسن صحيح  و في رواية غير الترمذي (( افحظ الله تجده أمامك تعرف إلى الله في الرخاء يعرفك في الشدة و اعلم أن ما أخطأك لم يكن ليصيبك و ما أصابك لم يكن ليخطئك و اعلم أن النصر مع الصبر و أن الفرج مع الكرب و أن مع العسر يسرا.
“Wahai anak(ku), sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan dapati dia ada dihadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat ini berkumpul untuk memberi kemanfaatan kepadamu, mereka tidak akan dapat memberikannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk menimpakan mudharat kepadamu, mereka tidak akan mampu menimpakannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan kepadamu. Telah diangkat pena dan telah kering lembaran-lembaran. (HR. At Tirmidzi, dikatakan haditsnya hasan shahih)
Dan dalam riwayat selain At Tirmidzi :
“Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Dia di hadapnmu, kenalilah Allah dalam keadaan lapang, niscaya dia akan mengenalimu dalam keadaan susah. Ketahuilah, sesungguhnya apa yang Allah tetapkan luput darimu, tidak akan menimpamu, dan apa yang ditetapkan menimpamu, tidak akan luput darimu. Ketahuilah, pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesusahan, dan bersama kesulitan ada kemudahan.”
Inilah kalimat yang agung dan mulia dari lisan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Seakan-akan beliau mengatakan, jagalah batasan-batasan Syariat Allah dengan malaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, yaitu dengan mempelajari agamaNya hingga engkau dapat menunaikan segala ibadah dengan benar. Maka jagalah semua itu, niscaya Allah akan menjaga dirimu, agamamu, keluarga dan hartamu. Karena Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sementara bentuk kebaikan yang paling penting adalah penjagaan terhadap agamamu, dan penyelamatan dirimu dan keluargamu dari kesesatan. Sebaliknya orang yang menelantarkan agamanya maka Allahpun akan menelantarkannya serta dia tidak berhak untuk mendapatkan penjagaan dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana dalam firmannya :
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (Al Hasyr : 19)
Pesan Rasulullah ini juga memberikan nasehat bagi kita semua, hendaklah dalam memohon sesuatu, maka hanya kepada Allah sematalah tempat memohon, bukan kepada makhluk. Karena Allahlah dzat yang memiliki kerajaan langit dan bumi, namun tidak terlarang bagi kita untuk meminta/mencari pertolongan kepada makhluk, dengan syarat makhluk tersebut mampu untuk melakukannya, makhluk tersebut masih hidup dan makhluk tersebut ada dihadapannya baik secara nyata maupun secara hokum, dengan ini semua harus disertai dengan keyakinan bahwa makhluk disini adalah hanya sebatas sebab saja dan Allahlah yang menciptakan sebab, hingga hanya kepadaNyalah kita bersandar. Demikian pula segala kebaikan yang diberikan dan bahaya yang ditimpakan oleh makhluk semua itu telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala :
“Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa (Asy Syura : 40)
Oleh karena itu, seorang hamba harus menggantungkan harapannya kepada Allah dan tidak perpaling sedikitpun kepada makhluk karena makhluk itu tidak memiliki kekuasaan sedikitpun untuk memberi manfaat atau mudaharat. Nasehat ini berisi anjuran untuk menunaikan hak Allah disaat lapang, sehat dan berkecukupan, niscaya Allah akan mengenalinya ketika berada dalam kesusahan hingga Dia ringankan penderitaannya, menolong dan menghilangkan kesusahannya itu. Juga pengajaran pada sang anak bahwa apapun yang telah ditetapkan tak akan luput dan apapun yang tidak ditetapkan tak akan bisa diraih, karena Allah telah menetapkan semua itu. Di dalam nasehat ini pula terdapat anjuran agar bersabar untuk memperoleh pertolongan . kesabaran ini mencakup sabar untuk taat kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat kepada Allah dan sabar terhadap ketetapan Allah yang menyakitkan (secara dhahirnya). Inilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, karena pertolongan mengiringi kesabaran. Inilah kabar gembira bahwa kelapangan mengiringi  kesusahan. Sebagaiman firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Asy Syarh : 4)
Di hadits yang lain yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga mengatakan :
المؤمن القوي خير و أحب إلى الله من المؤمن الضعيف, و في كلٍّ خيرٌ, احرص على ما ينفعك و استعن بالله و لا تعجز , و إن أصابك شيء فلا تقل : لو أني فعلت كان كذا و كذا , و لكن قل : قدر الله و ما شاء فعل, فإن لو تفتح عمل الشيطان
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada masing-masing dari keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Apabila ditimpa sesuatu maka jangan engkau katakan : seandainya aku dulu melakukannya maka akan  begini dan begtu. Namun katakanlah : ini adalah taqdir Allah dan apa yang Allah kehendaki pastilah Allah lakukan, karena ucapan “seandainya” itu membuka amalan syaithon.” (HR. Muslim 2664)
Yang dimaksud jiwa yang kuat adalah jiwa yang kokoh (imannya-pen) dan bersemangat terhadap  perkara-perkara akhirat, sehingga orang yang seperti ini menjadi orang yang pemberani terhadap  musuh, paling teguh dalam berdakwah dan bersabar dalam menempuh semua itu, serta tabah dalam menghadapi kesusahan karena mengharap Allah semata. Akan tetapi baik orang yang kuat atau yang lemah semuanya memiliki kebaikan karena sama-sama beriman. Dianjurkan pula oleh Rasulullah untuk bersemngat dalam berbuat taat kepada Allah dan memohon pertolonganNya untuk mendapatkan semua itu. (syarh shahih muslim)
Inilah yang semestinya tergambar pada seorang anak. Tak ada salahnya suatu ketika orang tua mengisahkan orang-orang yang diberi kemuliaan oleh Allah, yang sarat dengan optimisme dan keyakinan pada Rabbnya. Karena kisah itu akan lebih bisa membekas pada diri anak yang tabiatnya suka dengan cerita-cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar