Halaman

Minggu, 18 November 2012

NIKMAT DAN SIKSA KUBURAN DAN BIMBINGAN BAGI PENCARI GANJARAN DI BULAN MUHARROM YANG DIAGUNGKAN Bag.1


NIKMAT DAN SIKSA KUBURAN
DAN BIMBINGAN BAGI PENCARI GANJARAN
DI BULAN MUHARROM YANG DIAGUNGKAN
Bag.1


Pengantar:
Fadhilatusy Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid bin
Yahya Al Hajuriy Az Za’kariy
-Semoga Alloh memelihara beliau-
Disusun Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
-semoga Alloh memaafkannya-
di Dammaj Yaman
-semoga Alloh menjaganya-
Judul asli:
“Itsbatu Na’imi Wa ‘Adzabil Qobr Wa Bayanu Ma Fi Shiyami Syahrillahil Muharrom Minal Ajr”
بسم الله الرحمن الرحيم
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid bin Yahya Al Hajuriy semoga Alloh menjaganya
الحمد لله رب العالمين، وبعد
Aku telah melihat risalah saudara kita yang mulia Abu Fairuz yang berjudul: “Itsbatu Na’imi Wa ‘Adzabil Qobr Wa Bayanu Ma Fi Shiyami Syahrillahil Muharrom Minal Ajr”, maka aku melihat dirinya telah mendatangkan kebaikan dan peringatan dari sebagian kebid’ahan.
Maka semoga Alloh membalasnya dengan kebaikan dan memberikan manfaat dengannya.
29 Dzul Hijjah 1433 H
Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy
بسم الله الرحمن الرحيم
Pengantar Penulis
الحمد لله رب العالمين، وأشهد لأن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، صلى لله عليه وعلى آله وسلم. وبعد
Sebagian saudara kita ada yang meminta saya untuk menyebutkan beberapa nasihat yang terkait dengan bulan Muharrom agar umat Islam bisa beribadah kepada Alloh di atas ilmu dan kebenaran. Dan saya telah bertekad untuk untuk memenuhi permintaan tersebut, akan tetapi manakala saya melihat besarnya ketertipuan sebagian orang dengan perhiasan kehidupan dunia, saya ingin menyemangati mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di alam kubur, sebelum saya masuk kepada inti pembahasan yang diminta.
Dan saya bersyukur kepada syaikh kami yang mulia yang cemburu pada agama Alloh: Abu Muhammad Abdul Hamid bin Yahya Al Hajuriy Az Za’kariy حفظه الله atas curahan kerja keras beliau dalam nasihat dan koreksi.
Sekarang kita masuk pembahasan, semoga Alloh memberikan taufiq-Nya kepada jalan yang paling lurus.
Bab Satu: Dalil-dalil Tentang Adanya Ujian, Kenikmatan dan Siksaan Kubur
Sesungguhnya kehidupan dunia tidaklah lestari, bahkan dunia telah mengumumkan tibanya saat untuk berkemas-kemas, dan akan datang pengunjung terakhir, yaitu malaikat Maut yang diutus dari sisi Robbul alamin.
﴿حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ * ثُمَّ رُدُّوا إِلَى الله مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ ﴾ [الأنعام: 61، 62].
“Sampai jika kematian datang pada salah seorang dari kalian, para utusan Kami mematikannya dan mereka itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka dikembalikan kepada Alloh Yang menjadi Penguasa mereka yang sebenarnyaKetahuilah: hanya milik Dia sajalah segala hukum, dan Dia itu penghitung yang paling cepat.”
Adapun orang yang beriman dan beramal sholih, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا الله ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ * نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ * نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ﴾ [فصلت: 30 - 32]
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Robb kami adalah Alloh, kemudian mereka istiqomah (tetap lurus), akan turunlah kepada mereka para malaikat yang berkata: “Janganlah kalian takut, dan janganlah kalian bersedih hati. Dan bergembiralah kalian dengan Jannah yang dulu kalian dijanjikan dengannya. Kami adalah para wali kalian dalam kehidupan dunia dan di Akhirat, dan kalian di dalamnya akan mendapatkan apa yang diinginkan oleh diri kalian, dan kalian di dalamnya akan mendapatkan apa yang kalian minta, sebagai hidangan dari Ghofur (Yang Maha Pengampun) dan Rohim (Yang Maha Penyayang).”
Adapun orang-orang yang fasiq, maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ * ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ الله وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ﴾ [محمد: 27، 28].
“Maka bagaimana jika para malaikat mewafatkan mereka, memukul wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka. Yang demikian itu dikarenakan mereka mengikuti perkara yang membikin Alloh murka dan mereka membenci keridhoan-Nya, maka Alloh menggugurkan amalan mereka.”
Sesungguhnya kehidupan di alam kubur itu adalah sesuatu yang benar adanya tanpa ada keraguan lagi. Dari Hani pembantu Utsman bin Affan yang berkata:
كَانَ عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ تُذْكَرُ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلاَ تَبْكِى وَتَبْكِى مِنْ هَذَا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ ». قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ ».
“Dulu Utsman jika berdiri di kuburan, beliau menangis hingga membasahi jenggot beliau. Maka dikatakan pada beliau: “Anda jika disebutkan Jannah dan neraka tidak menangis, tapi kenapa Anda menangis karena kuburan?” maka beliau menjawab: “Sesungguhnya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:“Sesungguhnya kuburan adalah persinggahan pertama di akhirat. Jika dia selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih mudah darinya. Tapi jika tidak selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih keras daripadanya.” Rosululloh صلى الله عليه وسلم juga bersabda: “Tidaklah aku melihat suatu pemandangan satupun kecuali dalam keadaan kuburan itu lebih mengerikan daripadanya.” (HR. At Tirmidziy (2478/Ahwadzi), dan dihasankan oleh Al Imam Al Albaniy رحمه الله dalam “Misykatul Mashobih” no. (132), dan Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (909)).
Maka kita harus berupaya menjauhi sebab-sebab datangnya siksaan kubur, disertai dengan penambahan amal sholih agar berhasil mendapatkan kenikmatan di alam tersebut.
Ibnu Umar رحمه الله berkata:
… فجاء فتى من الأنصار فسلم على رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم جلس فقال: يا رسول الله أي المؤمنين أفضل؟ قال: «أحسنهم خلقا» قال: فأي المؤمنين أكيس؟ قال: «أكثرهم للموت ذكراً، وأحسنهم له استعداداً قبل أن ينزل بهم، أولئك من الأكياس»
“… lalu datanglah anak muda dari Anshor, lalu dia mengucapkan salam pada Rosululloh صلى الله عليه وسلم , lalu duduk seraya berkata: “Wahai Rosululloh, siapakah mukmin yang paling utama?” beliau menjawab: “Yang paling bagus di antara mereka akhlaqnya.” Dia bertanya lagi: “Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang paling cerdas?” beliau menjawab: “Orang yang paling banyak mengingat kematian, dan paling bagus persiapan untuk itu sebelum kematian itu turun pada mereka. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”.” Al hadits. (HR. Al Hakim dalam “Al Mustadrok “8688) dan yang lainnya. Al Imam Al Albaniy رحمه الله berkata dalam “Ash shohihah” (1384): “Maka hadits ini hasan dengan kumpulan jalan-jalannya.” Dan dihasankan juga oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Al Jami’ush Shohih Fil Qodar” (hal. 431/cet. Maktabah Shon’a Al Atsariyyah).
Dari Abu Sa’id Al Khudriy رضي الله عنه yang berkata: Dulu Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«إذا وضعت الجنازة فاحتملها الرجال على أعناقهم فإن كانت صالحة قالت: قدموني، وإن كانت غير صالحة قالت: لأهلها يا ويلها أين يذهبون بها؟ يسمع صوتها كل شيء إلا الإنسان، ولو سمع الإنسان لصعق» . (أخرجه البخاري (1316)).
“Jika jenazah diletakkan (di kerandanya) lalu dipikul oleh orang-orang di leher-leher mereka, jika mayit tadi adalah orang sholih, maka dia akan berkata: “Segerakanlah aku.” Tapi jika mayit tadi bukan orang sholih, maka dia akan berkata pada keluarganya: “Aduh, celaka dia (mayit itu sendiri), kemanakah mereka akan membawanya?” Ucapan ini didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia, seandainya manusia mendengarnya pastilah dia akan pingsan.” (HR. Al Bukhoriy (1316)).
Badrud Din Al ‘Ainiy رحمه الله berkata: “Dan dalam lafazh “Mendengar” ada penunjukan bahwasanya perkataan (dari si mayit) ini adalah hakiki, bukan majaz, dan bahwasanya Alloh ta’ala mengadakan pembicaraan pada di mayit jika Dia menghendaki itu, dan si mayit berkata: “Aduh celaka dia” karena dirinya tahu bahwasanya dirinya tidak menuju kepada kebaikan, dan bahwasanya dirinya menuju kepada perkara yang menyedihkannya, sehingga dia tak suka untuk menuju ke situ. Dhomir pada lafazh“Andaikata manusia mendengarnya” kembali kepada doa si mayit untuk kecelakaan dirinya sendiri. Yaitu: dia berteriak dengan suara yang aneh, yang seandainya manusia mendengarnya pastilah dia akan pingsan.” (“Umdatul Qori”/12/hal. 380).
Kita wajib meyakini bahwasanya ujian, kenikmatan dan siksaan kubur itu benar-benar ada, dikarenakan shohihnya berita-berita tentangnya, dan itu termasuk dari akidah umat Islam. Telah lewat sebagian dalil tentangnya, dan berikut ini akan disebutkan dalil-dalil yang lain:
Alloh ta’ala berfirman:
﴿يُثَبِّتُ الله الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ الله الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ الله مَا يَشَاءُ﴾ [إبراهيم: 27].
“Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat, dan Alloh akan menyesatkan orang-orang yang zholim dan Alloh mengerjakan apa saja yang Dia kehendaki.”
Dari Al Baro bin ‘Azib رضي الله عنهما bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت﴾ قال: « نزلت في عذاب القبر فيقال له: من ربك؟ فيقول: ربي الله ونبيي محمد -صلى الله عليه وسلم-. فذلك قوله عز وجل: ﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفى الآخرة﴾ » القبر. (أخرجه البخاري (1369) ومسلم (2871)).
“Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh” ayat ini turun tentang siksaan kubur, dikatakan padanya: “Siapakah Robbmu?” maka dia menjawab: “Robbku adalah Alloh, Nabiku adalah Muhammad صلى الله عليه وسلم . yang demikian itu adalah firman Alloh عز وجل : “Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat,” kuburan.” (HR. Al Bukhoriy (1369) dan Muslim (2871)).
Sesungguhnya dalil-dalil siksaan kuburan dan kenikmatannya itu banyak sekali. Yang saya sebutkan itu cukup, dan nanti akan datang tambahan pada bab-bab mendatang.
Dan Ibnul Farisiy Al Laits, sahabat Abul Faroj ibnul Jauziy dalam “Tarikh” beliau menyebutkan:
أنه في سنة تسعين وخمسمائة وجد ميت ببغداد بظاهر باب البصرة وقد بلي، ولم يبق غير عظامه وفي يديه ورجليه ضباب حديد وضرب فيها مسماران أحدهما في سرته والآخر في جبهته، وكان هائل الخلقة غليظ العظام. وكان سبب ظهروه زيادة الماء كشف تلا كان يعرف بالتل الأحمر على ميلين من سور باب البصرة القديم.
“Bahwasanya pada tahun limaratus sembilan puluh ditemukan ada mayat di Baghdad di atas pintu Bashroh dalam keadaan telah rapuh, tidak tersisa kecuali tulang-tulangnya, dan di kedua tangannya dan kedua kakinya ada besi pemukul yang lebar. Di badannya ada dua paku, salah satunya ada di pusarnya, yang satunya lagi ada di dahinya. Bentuk badannya menakutkan, tulangnya tebal. Sebab munculnya jenazahnya tersebut adalah meluapnya air yang menyingkapkan dataran tinggi yang dikenal sebagai “At Tillul Ahmar” (dataran tinggi Merah) yang berjarak dua mil dari dinding pintu Bashroh yang lama.” (“Ahwalul Qubur”/karya Ibnu Rojab/hal. 109).
Bab Dua: Penetapan Ahlussunnah Tentang Wajibnya Beriman Kepada Fitnah, Siksaan dan Kenikmatan Kubur
Sesungguhnya Ahlussunnah beriman kepada Fitnah, Siksaan dan Kenikmatan Kubur. Ishaq bin Ibrohim bin Hani رحمه الله bercerita tentang seseorang yang bertanya kepada Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal رحمه الله : “Dan sesungguhnya Alloh عز وجل dilihat di Akhirat?” Beliau menjawab: “Iya.” Dia bertanya: “Dan siksaan kubur, Munkar dan Nakir?” Abu Abdillah menjawab: “Kami beriman dengan ini semua. Dan barangsiapa mengingkari satu saja dari perkara ini, maka dia itu Jahmiy (pengikut orang sesat dan kafir Jahm bin Shofwan).” (“Masail Ishaq bin Ibrohim bin Hani”/no. 1878-1879/cet. Darut Ta’shil).
Abul Hasan Al Asy’ariy رحمه الله berkata: “Dan mereka bersepakat bahwasanya, …(menyebutkan beberapa perkara), …, bahwasanya manusia akan diuji di dalam kuburan mereka.” (“Risalatun Ila Ahits Tsaghr”/hal. 279/karya Abul Hasan Al Asy’ariy /cet. Maktabatul ‘Ulum Wal Hikam).
Beliau رحمه الله berkata: “Dan Mu’tazilah (pengikut si sesat Washil bin ‘Atho) mengingkari adanya siksaan kubur. Semoga Alloh melindungi kami darinya. Padahal telah diriwayatkan dari Nabi صلى الله عليه وسلم dari sisi yang banyak, dan diriwayatkan dari para Shohabat beliau رضي الله عنهم أجمعين , dan tidak diriwayatkan dari seorangpun dari mereka bahwasanya dia mengingkarinya, meniadakannya dan menentangnya, maka wajib untuk hal itu menjadi kesepakatan dari para Shohabat Nabi رضي الله عنهم أجمعين .” (“Al Ibanah”/hal. 175/cet. Maktabah Shon’a).
Al Imam Ibnu Abdil Barr رحمه الله berkata: “Adapun sabda beliau:
«أوحي إلي أنكم تفتنون في قبوركم»
“Telah diwahyukan kepada kalian bahwasanya kalian itu diuji di dalam kuburan kalian.”([1])
Maka beliau memaksudkan dengan ujian dari dua malaikat Munkar dan Nakir ketika keduanya menanyai sang hamba: “Siapakah Robbmu?”, “Apa agamamu?”, “Siapakah Nabimu?”. Dan atsar-atsar tentang ini mutawatir. Dan Ahlussunnah Wal Jama’ah semuanya mengimani hal itu, dan tidaklah mengingkarinya kecuali ahli bid’ah.” (“At Tamhid”/5/hal. 309/cet. Al Faruq).
Al Imam Ibnu Qutaibah رحمه الله berkata: “Para ahli hadits semuanya bersepakat bahwasanya apa yang Alloh kehendaki itu pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi, dan bahwasanya Dia adalah pencipta kebaikan dan kejelekan, dan bahwasanya Al Qur’an adalah Kalamulloh dan bukan makhluq, dan bahwasanya Alloh ta’ala itu dilihat pada hari Kiamat, dan mereka semua mendahulukan dua syaikh (Abu Bakr dan Umar), dan beriman kepada siksaan kubur. Mereka tidak berselisih dalam prinsip-prinsip ini. Dan barangsiapa berpisah dari mereka dalam suatu perkara dari ini, mereka akan melemparkannya, membencinya, menghukuminya sebagai mubtadi’, dan memboikotnya.” (“Ta’wil Mukhtalaful Hadits”/hal. 27/cet. Darul Fikr).
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Dan apa yang dikabarkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم tentang perkara Jannah, Neraka, berbangkit, perhitungan amal, fitnah kubur, telaga, syafaat Nabi صلى الله عليه وسلم untuk para pelaku dosa besar, maka sungguh dasar-dasar ini semuanya telah disepakati di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah.” (“Majmu’ul Fatawa”/11/hal. 486/cet. Maktabah Ibni Taimiyyah).
Beliau رحمه الله ditanya: “Apakah siksaan kubur itu berlaku pada jiwa dan raga, ataukah pada jiwa saja tanpa raga?”
Maka beliau menjawab: “Bahkan siksaan dan kenikmatan tersebut berlaku pada jiwa dan raga semuanya dengan kesepakatan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Jiwa diberi kenikmatan dan disiksa tersendiri dari badan, dan juga disiksa dalam keadaan bersambung dengan badan, dan badan bersambung dengan jiwa, maka jadilah kenikmatan dan siksaan itu menimpa keduanya dalam keadaan ini keduanya bersatu, sebagaimana berlaku juga terhadap nyawa saat terpisah dari badan.” (“Majmu’ul Fatawa”/4/hal. 282/cet. Maktabah Ibni Taimiyyah).
Bab Tiga: Sebagian Dari Sebab Siksaan Kubur
Sesungguhnya Alloh itu paling penyayang, dan Dia itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, sehingga tidaklah Dia menyiksa para hamba-Nya kecuali disebabkan oleh ulah tangan mereka sendiri. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ﴾ [الشورى: 30]
“Dan musibah apapun yang menimpa kalian maka hal itu adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Alloh itu memaafkan banyak sekali (kesalahan kalian).”
Demikian pula siksaan kubur itu tidaklah terjadi kecuali karena dosa-dosa pelakunya, maka kita harus mengetahui sebagian sebab-sebab siksaan tadi agar siksaan tadi tidak menimpa kita. Dan hendaknya kita mengetahui sebab-sebab kenikmatan kubur lalu kita berupaya untuk mendapatkannya, sebagai ucapan Abu Firos Al Hamdaniy:
عرفت الشَّرَّ لا للشَّر … و لكن لتوقِّيهِ
ومن لا يعرف الشَّرَّ … من النَّاس يقع فيهِ!
“Aku mengetahui kejelekan bukanlah untuk berbuat jelek, akan tetapi untuk mengindarinya,
Dan barangsiapa tidak mengetahui kejelekan dari manusia dia akan jatuh kedalamnya!”
(selesai dari “Al Humasatul Maghribiyyah”/1/hal. 124).
Dan Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنهما berkata:
كان الناس يسألون رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الخير، وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني.
“Dulu orang-orang bertanya kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم tentang kebaikan, dan aku dulu bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena aku takut kejelekan itu akan menimpaku.” (HR. Al Bukhoriy (3606) dan Muslim (1847)).
Dan balasan bagi orang yang melindungi diri dari kejelekan adalah dia akan mendapatkan perlindungan, sebagaimana barangsiapa bersungguh-sungguh mencari kebaikan dia akan mendapatkannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata: “Barangsiapa bersungguh-sungguh mencari kebaikan dia akan diberi kebaikan itu. Dan barangsiapa melindungi diri dari kejelekan maka dia dilindungi.” (“Iqtidhoush Shirothil Mustaqim”/2/hal. 270).
Maka di antara sebab adanya siksaan kubur adalah sebagai berikut:
Sebab pertama: Kufur kepada Alloh عز وجل dan Rosul-Nya
Kekafiran kepada Alloh dan Rosul-Nya adalah termasuk sebab siksaan kubur yang terbesar, sebagaimana terjadi pada Fir’aun. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ * أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ﴾.
“Dan Fir’aun berkata: “Wahai Haman, bangunkanlah untukku menara agar aku bisa mencapai pintu-pintu langit sehingga aku bisa melihat kepada sesembahan Musa, karena sesungguhnya aku benar-benar menduga dia itu berdusta.” Dan demikianlah dihiasi untuk Fir’aun kejelekan amalannya dan dia terhalangi dari jalan yang benar. Dan tidaklah tipu daya Fir’aun kecuali di dalam kecelakaan.” (QS. Ghofir: 36-37).
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Sehingga aku bisa melihat kepada sesembahan Musa, karena sesungguhnya aku benar-benar menduga dia itu berdusta.” Dan ini adalah bagian dari kekufurannya dan pembangkangannya, bahwasanya dia mendustakan Musa bahwasanya Alloh عز وجل mengutusnya kepadanya.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 144).
Maka dikarenakan kekufuran tersebut Alloh menyiksanya di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Alloh ta’al berfirman:
﴿فَوَقَاهُ الله سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ * النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَاب﴾ [غافر : 45 ، 46]
“Maka Alloh melindunginya (orang yang beriman tadi) dari kejelekan tipu daya mereka, dan Fir’aun dan pengikutnya tertimpa adzab yang jelek, yaitu neraka dipaparkan kepada mereka pada waktu pagi dan petang, dan pada hari Kiamat (dikatakan): masukkanlah Fir’aun dan pengikutnya ke dalam siksaan yang paling keras.”
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Dan ayat ini adalah dasar yang besar dalam pendalilan Ahlussunnah tentang adanya siksaan Barzakh di kuburan, yaitu firman Alloh: “Neraka dipaparkan kepada mereka pada waktu pagi dan petang.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 146).
Dan Alloh ta’ala berfirman tentang kisah kaum Nuh عليه السلام:
﴿مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ الله أَنْصَارًا﴾ [نوح : 25].
Disebabkan oleh kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke dalam api, maka mereka tidak mendapatkan penolong selain Alloh untuk mereka.
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Alloh ta’ala berfirman: “Disebabkan oleh kesalahan-kesalahan mereka, merekapun ditenggelamkan,” yaitu dikarenakan banyaknya dosa mereka, kedurhakaan mereka, terus-menerusnya mereka dalam kekufuran mereka, dan penyelisihan mereka terhadap Rosul mereka. “mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke dalam api” yaitu: mereka dipindahkan dari gelombang lautan ke panasnya api.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/8/hal. 236).
Sisi pendalilan di sini adalah: bahwasanya mereka setelah ditenggelamkan dengan air, mereka dipindahkan seketika ke siksaan api tanpa tenggang waktu, maka ini menunjukkan kepada siksaan kubur. Alloh yang lebih tahu.
Al Imam Asy Syaukaniy رحمه الله berkata: “Yaitu: dikarenakan dan disebabkan oleh kesalahan-kesalahan tadi mereka ditenggelamkan dengan topan “lalu dimasukkan ke dalam api” langsung setelah itu, yaitu api akhirat. Dan dikatakan: siksaan kubur.” (“Fathul Qodir”/7/hal. 317).
Dan Abul Barokat An Nasafiy رحمه الله berkata: “Maka mereka dimasukkan” untuk mengumumkan bahwasanya mereka disiksa dengan pembakaran langsung setelah penenggelaman, sehingga ini menjadi dalil tentang penetapan siksaan kubur.” (“Madarikut Tanzil”/3/hal. 473).
Sebab kedua: berdusta atas nama Alloh dan menyombongkan diri terhadap ayat-ayat Alloh
Sesungguhnya kedustaan atas nama Alloh itu termasuk dosa besar yang terbesar, dan termasuk dari sebab terbesar adanya kerusakan, sebagaimana datang di sebagian dalil. Ini juga termasuk dari sebab siksaan kubur.
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى الله كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ الله وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى الله غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ﴾ [الأنعام : 93].
“Dan siapakah yang lebih zholim daripada orang yang membikin kedustaan atas nama Alloh atau berkata: “Diwahyukan kepadaku” padahal tidak diwahyukan kepadanya sedikitpun, dan orang yang berkata: “Aku akan menurunkan seperti apa yang Alloh turunkan.” Seandainya engkau melihat ketika orang-orang yang zholim itu di dalam sakarotul maut dan malaikat membentangkan tangan-tangan mereka: “Keluarkan nyawa kalian, pada hari ini kalian akan dibalasi dengan siksaan yang menghinakan disebabkan karena dulu kalian berkata atas nama Alloh tanpa kebenaran, dan dulu kalian menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.”
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan ini adalah ucapan untuk mereka ketika suasana kematian, dan para malaikat telah mengabarkan, dan mereka itu jujur, bahwasanya mereka (orang-orang zholim tadi) ketika itu akan dibalas dengan siksaan yang menghinakan. Seandainya siksaan tadi diakhirkan dari mereka sampai habisnya dunia, niscaya tidak benar untuk dikatakan pada mereka “pada hari ini kalian akan dibalasi.” (“Ar Ruh”/hal. 132/cet. Darul Kutubil ‘Arobiy).
Al Imam Ibnu ‘Utsaimin رحمه الله berkata: “Adapun siksaan kubur, maka simaklah firman Alloh عز وجل : “Seandainya engkau melihat ketika orang-orang yang zholim itu di dalam sakarotul maut” yaitu: keadaan mabuk karena pedihnya kematian, “dan malaikat membentangkan tangan-tangan mereka” yaitu: menjulurkan tangan-tangan mereka kepada orang kafir yang tengah dihadiri kematian itu “keluarkan nyawa kalian” dan seakan-akan mereka pelit dengan nyawa mereka karena dikabari –kita berlindung pada Alloh- dengan siksaan, sehingga nyawa mereka tadi lari di dalam badan dan tercerai-berai, dan manusia itu pelit dengan nyawanya, sehingga dikatakan: “Keluarkan nyawa kalian, pada hari ini kalian akan dibalasi dengan siksaan yang menghinakan disebabkan karena dulu kalian berkata atas nama Alloh tanpa kebenaran, dan dulu kalian menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” Yaitu: pada hari ini, hari kematian mereka ketika mereka dihadiri kematian.” (“Syarh Riyadhush Sholihin”/Al ‘Utsaimin/6/hal. 104-105).
Sebab ketiga: berpaling dari kebenaran
Hanyalah Alloh ta’ala itu menciptakan manusia dan jin agar mereka beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya dalam peribadatan, tanpa sekutu bagi-Nya. Dan Dia menjadikan mereka di bumiuntuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, demi terbimbingnya mereka dan kebaikan mereka sendiri. Alloh ta’ala berfirman:
﴿قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى﴾.
“Alloh berfirman: “Turunlah kalian berdua semuanya dari Jannah, sebagian dari kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka apabila datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat ataupun celaka.” (QS. Thoha: 123).
Adapun orang yang berpaling dari petunjuk Alloh, Alloh akan murka kepadanya dan menghukumnya dengan kesempitan hidup di dunia, di alam kubur dan kebutaan di akhirat. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى﴾ [طه : 124].
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit dan Kami akan menggiringnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan firman Alloh ta’ala: “maka sesungguhnya dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit” lebih dari satu orang salaf menafsirkannya dengan siksaan kubur, dan mereka menjadikan ayat ini sebagai salah satu dalil yang menunjukkan adanya siksa kubur, dan oleh karena itulah Alloh berfirman: “ dan Kami akan menggiringnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata,”Wahai Robbku, mengapa Engkau menggiringku dalam keadaan buta, padahal dulunya aku bisa melihat.” Alloh menjawab, “Demikianlah, telah datang padamu ayat-ayat Kami lalu engkau meninggalkannya, dan demikianlah pada hari ini engkaupun ditinggalkan.” Yaitu: engkau ditinggalkan di dalam siksaan sebagaimana engkau meninggalkan mengamalkan ayat-ayat Kami. Alloh menyebutkan siksaan di alam kubur dan siksaan di Negeri Kebinasaan (Akhirat).” (“Miftah Daris Sa’adah”/hal. 43/cet. Darul Fikr).
Sebab keempat: kesyirikan
Alloh ta’ala berfirman tentang keadaan kaum musyrikin:
﴿أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ غَيْرُ الله سُبْحَانَ الله عَمَّا يُشْرِكُونَ * وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ * فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ * يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ * وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ﴾ [الطور : 43-47]
“Apakah mereka memiliki sesembahan selain Alloh? Mahasuci Alloh dari apa yang mereka persekutukan. Dan jika mereka melihat potongan dari langit jatuh mereka berkata: “Itu adalah awan yang ditumpuk.” Maka tinggalkanlah mereka sampai mereka berjumpa dengan hari mereka yang di situ mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim itu akan mendapatkan siksaan selain itu, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwasanya kaum musyrikin disiksa di dunia, di kuburan, dan di akhirat.
Al Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata tentang siksaan di dunia, di kuburan, dan di akhirat: “Siksaan ini terjadi di tiga negri mereka, bukan khusus di negri akhirat, sekalipun siksaan yang lengkap, sempurna dan yang paling jelasnya hanyalah terjadi di negri akhirat. Dan yang di alam kubur ada siksaan yang lain dari itu, sebagaimana firman Alloh ta’ala: “Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim itu akan mendapatkan siksaan selain itu” dan Alloh ta’ala berfirman:
﴿ويقولون متى هذا الوعد إن كنتم صادقين * قل عسى أن يكون ردف لكم بعض الذي تستعجلون﴾]النمل : 71-72 [
"Dan mereka berkata: "Kapankah janji ini jika kalian adalah orang-orang yang benar?" Katakanlah: "Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu."
Dan di negri dunia itu ada siksaan selain yang di alam kubur." ("Madarijus Salikin"/1/hal. 423).
Sebab kelima: kemunafiqan
Alloh ta'ala berfirman:
﴿وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيم﴾ [التوبة : 101].
“Dan di antara orang-orang badui di sekeliling kalian ada kaum munafiqun, dan di antara penduduk Madinah ada yang terus-terusan dalam kemunafiqan. Engkau tidak tahu tentang mereka tapi Kami mengetahui mereka. Nanti Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada siksaan yang besar.”
Qotadah رحمه الله berkata: “Nanti Kami akan menyiksa mereka dua kali” yaitu siksaan di dunia dan siksaan di kuburan, “Kemudian mereka akan dikembalikan kepada siksaan yang besar.”(“Jami’ul Bayan”/11/hal. 646/cet. Dar Hajar) ([2]).
Adapun atsar Al Hasan Al Bashriy رحمه الله tentang tafsir ayat ini dengan adzab dunia dan adzab kubur, maka sebatas ilmu saya atsar tadi tidak shohih. (“Jami’ul Bayan”/11/hal. 647/cet. Dar Hajar) ([3]).
Alloh ta’ala berfirman:
﴿ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ الله سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَالله يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ * فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ * ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ﴾ [محمد: 26 - 28].
“Yang demikian itu adalah dikarenakan mereka berkata kepada orang-orang yang membenci apa yang Alloh turunkan: “Kami akan menaati kalian dalam sebagian perkara” dan Alloh mengetahui rahasia mereka. Maka bagaimana jika para malaikat mewafatkan mereka, memukul wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka. Yang demikian itu dikarenakan mereka mengikuti perkara yang membikin Alloh murka dan mereka membenci keridhoan-Nya, maka Alloh menggugurkan amalan mereka.”
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Yang demikian itu adalah dikarenakan mereka berkata kepada orang-orang yang membenci apa yang Alloh turunkan: “Kami akan menaati kalian dalam sebagian perkara” yaitu: kaum munafiqin bersekongkol dengan orang-orang kafir itu dan setia pada mereka secara batiniyyah di atas kebatilan. Dan ini adalah keadaan para munafiqin: mereka menampakkan perkara yang menyelisihi apa yang mereka sembunyikan.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 321).
Maka termasuk dari hukuman untuk mereka adalah bahwasanya Alloh menyiksa mereka dengan apa yang tersebut di dalam ayat-ayat di atas. Ibnu Hajar  berkata: “Dan ini sekalipun terjadi sebelum mereka dimakamkan, maka siksaan tersebut merupakan bagian dari siksa yang terjadi sebelum hari Kiamat.” (“Fathul bari”/3/hal. 233).

Sebab keenam: banyak menyia-nyiakan ketaatan pada Alloh
Alloh ta’ala berfirman:
﴿حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴾ [المؤمنون : 99 ، 100].
“(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang sholih terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.”
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: Alloh ta’ala mengabarkan tentang keadaan orang yang dihadiri kematian, dari kalangan orang-orang kafir atau orang yang menyia-nyiakan perintah Alloh ta’ala, dan ucapan mereka ketika itu, dan permintaan mereka untuk kembali ke dunia untuk memperbaiki apa yang dirusaknya sepanjang hidupnya. Oleh karena itu dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang sholih terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak.” Sebagaimana firman Alloh ta’ala:
﴿وأنفقوا من ما رزقناكم من قبل أن يأتي أحدكم الموت فيقول رب لولا أخرتني إلى أجل قريب فأصدق وأكن من الصالحين . ولن يؤخر الله نفسا إذا جاء أجلها والله خبير بما تعملون﴾ [المنافقون: 10، 11] ،
“Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian; lalu ia berkata: “Wahai Robb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang sholih?” Dan Alloh sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.”
Dan firman Alloh ta’ala:
﴿وأنذر الناس يوم يأتيهم العذاب فيقول الذين ظلموا ربنا أخرنا إلى أجل قريب نجب دعوتك ونتبع الرسل أولم تكونوا أقسمتم من قبل ما لكم من زوال﴾ [إبراهيم:44]،
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, lalu berkatalah orang-orang yang zholim: “Ya Tuhan Kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan memenuhi seruan-Mu dan akan mengikuti para Rosul”. (kepada mereka dikatakan): “Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa?”
Alloh ta’ala berfirman:
﴿يوم يأتي تأويله يقول الذين نسوه من قبل قد جاءت رسل ربنا بالحق فهل لنا من شفعاء فيشفعوا لنا أو نرد فنعمل غير الذي كنا نعمل﴾ [الأعراف: 53] ،
“Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: “Sesungguhnya telah datang para utusan dari Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?”. Alloh ta’ala berfirman:
﴿ولو ترى إذ المجرمون ناكسو رءوسهم عند ربهم ربنا أبصرنا وسمعنا فارجعنا نعمل صالحا إنا موقنون﴾[السجدة: 12] ،
“Dan, jika kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepala mereka di hadapan Tuhan mereka, (mereka berkata): “Ya Tuhan Kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal sholih, sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang yakin.”
-sampai pada ucapan beliau:- maka Alloh ta’ala menyebutkan bahwasanya mereka meminta dikembalikan, akan tetapi permintaan itu tidak dipenuhi, ketika datangnya kematian, pada hari pengumpulan, saat mereka ditampilkan di hadapan Al Jabbar, dan ketika mereka disodorkan kepada neraka, serta saat mereka di dalam siksaan Jahim.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 493).
Beliau juga berkata: “Dan di dalam firman-Nya: “ Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.” Ada ancaman untuk orang-orang zholim yang telah didatangi kematian itu, dengan siksaan di alam kubur, sebagaimana firman-Nya:
﴿مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ﴾ [الجاثية: 10]
“Dan di hadapan mereka ada Jahannam.”
Dan firman-Nya:
﴿وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ﴾ [إبراهيم: 17].
“Dan di hadapan mereka ada siksaan yang besar.”
Firman-Nya:
﴿إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴾
“Sampai hari mereka dibangkitkan.”
Yaitu: siksaan untuk mereka itu terus-menerus menimpa mereka sampai hari berbangkit, sebagaimana datang dalam hadits:
«فلا يزال معذّباً فيها»
“Dia terus-menerus disiksa di situ.” ([4])
(selesai penukilan dari “Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 153/cet. Darul Atsar).

Sebab ketujuh: adu domba
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما yang berkata:
مر النبي صلى الله عليه وسلم على قبرين فقال: «إنهما ليعذبان وما يعذبان من كبير» ثم قال: «بلى، أما أحدهما فكان يسعى بالنميمة، وأما أحدهما فكان لا يستتر من بوله». قال: ثم أخذ عودا رطبا فكسره باثنتين ثم غرز كل واحد منهما على قبر ثم قال: «لعله يخفف عنهما ما لم ييبسا».
“Nabi صلى الله عليه وسلم melewati dua kuburan yang sedang disiksa, maka beliau bersabda:“Keduanya disiksa,dan bukanlah keduanya disiksa karena dosa besar.” Lalu beliau bersabda: “Bahkan karena dosa besar. Adapun salah satunya dia itu sering berjalan menebar adu domba. Adapun yang lain tidak menghindarkan diri dari kencingnya.”Kemudian beliau mengambil sebatang dahan basah, lalu beliau membelahnya jadi dua, lalu beliau menanamnya ke masing-masing kuburan tadi, seraya bersabda: “Semoga siksaan keduanya diringankan selama kedua dahan ini belum kering.” (HR. Al Bukhoriy (1378) dan Muslim (292)).
Sebab kedelapan: tidak menghindarkan diri dari percikan kencingnya
Dalilnya adalah sebagaimana telah lewat. Ibnu Hajar رحمه الله berkata: “Dan di dalam hadits ini ada peringatan agar jangan sampai terkena kencing, dan masuk dalam hukum ini adalah najis-najis yang lain, jangan sampai mengenai badan dan baju. Dan hadits ini menjadi dalil tentang wajibnya menghilangkan najis, berbeda dengan orang yang menetapkan bahwasanya kewajiban tadi hanya pada waktu ingin sholat saja. Alloh Yang lebih tahu.” (“Fathul Bari”/karya Ibnu Hajar/1/hal. 321).
Sebab kesembilan: sengaja meninggalkan sholat
Dari Samuroh bin Jundab رضي الله عنه yang bercerita tentang mimpi Rosululloh صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau pada suatu pagi berkata:
«إنه أتاني الليلة آتيان، وإنهما ابتعثاني، وإنهما قالا لي : انطلق ، وإني انطلقت معهما ، وإنا أتينا على رجل مضطجع ، وإذا آخر قائم عليه بصخرة ، وإذا هو يهوي بالصخرة لرأسه ، فيثلغ رأسه ، فيتهدهد الحجر هاهنا ، فيتبع الحجر فيأخذه ، فلا يرجع إليه حتى يصح رأسه كما كان ، ثم يعود عليه ، فيفعل به مثل ما فعل المرة الأولى ، قال : قلت لهما : سبحان الله ، ما هذان ؟ قال : قالا لي : انطلق ، قال : فانطلقنا –إلى قوله:- قالا لي : أما إنا سنخبرك ، أما الرجل الأول الذي أتيت عليه يثلغ رأسه بالحجر ، فإنه الرجل يأخذ القرآن فيرفضه ، وينام عن الصلاة المكتوبة» الحديث. (أخرجه البخاري (7047)).
وفي رواية له: «يفعل به إلى يوم القيامة». (أخرجه البخاري (1386)).
“Sungguh datang padaku tadi malam dua orang, keduanya membangunkan aku dan berkata padaku: “Berangkatlah,” dan akupun berangkat bersama keduanya. Dan kami mendatangi seseorang yang berbaring. Tiba-tiba ada orang lain yang berdiri di sampingnya dengan membawa batu karang. Tiba-tiba saja dia melemparkan batu karang tadi ke kepala orang itu hingga pecahlah kepalanya. Lalu batu itu menggelinding ke sana, seraya dikejar oleh orang tadi dan diambilnya. Dan tidaklah dia kembali kepada orang yang berbaring tadi hingga kepalanya sehat kembali seperti semula. Kemudian orang itu kembali kepadanya, dan melakukan seperti apa yang dikerjakannya kali pertama. Maka kutanyakan pada kedua orang yang membawaku: “Subhanalloh, siapa kedua orang itu?” keduanya menjawab: “Ayo berangkat.” Maka kamipun berangkat. –sampai pada sabda beliau:- kedua berkata padaku: “Kami akan menceritakan padamu. Adapun orang pertama yang engkau datangi, yang kepalanya dipecahkan oleh batu, sesungguhnya dia itu adalah orang yang mengambil Al Qur’an lalu menolaknya, dan tidur tidak sholat wajib.” Al hadits. (HR. Al Bukhoriy (7047)).
Dalam riwayat yang lain dari Al Bukhoriy (1386): “Dia diperlakukan demikian sampai hari Kiamat.”
Sebab kesepuluh: menolak Al Qur’an dan tidak mengamalkannya
Dalilnya adalah sebagaimana hadits terdahulu. Al Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata: “Di dalam hadits ini ada penjelasan bahwasanya sebagian pendurhaka itu disiksa di alam kubur, –sampai pada ucapan beliau:- dan peringatan dari tidur dari sholat wajib, dan peringatan dari menolak Al Qur’an bagi orang yang menghapalnya.” (“Fathul Bari”/12/hal. 445).
Al ‘Ainiy رحمه الله berkata: “Dan manakala orang ini menolak perkara yang paling mulia, yaitu Al Qur’an, maka dia dihukum pada anggota badannya yang paling mulia (yaitu kepalanya).” (“Umdatul Qoriy”/35/hal. 102).

Sebab kesebelas: kedustaan yang mencapai ufuk
Dari Samuroh bin Jundab رضي الله عنه yang bercerita:
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صلى صلاة أقبل علينا بوجهه فقال: «من رأى منكم الليلة رؤيا؟». قال: فإن رأى أحد قصها فيقول ما شاء الله. فسألنا يوما فقال: «هل رأى أحد منكم رؤيا؟» قلنا: لا. قال: «لكني رأيت الليلة رجلين أتياني، فأخذا بيدي، فأخرجاني إلى الأرض المقدسة، فإذا رجل جالس ورجل قائم بيده كلوب من حديد». قال: «إنه يدخل ذلك الكلوب في شدقه حتى يبلغ قفاه، ثم يفعل بشدقه الآخر مثل ذلك، ويلتئم شدقه هذا فيعود، فيصنع مثله. قلت: ما هذا؟ قالا: انطلق، فانطلقنا حتى أتينا على رجل مضطجع على قفاه ورجل قائم على رأسه بفهر أو صخرة، فيشدخ به رأسه، فإذا ضربه تدهده الحجر، فانطلق إليه ليأخذه، فلا يرجع إلى هذا حتى يلتئم رأسه، وعاد رأسه كما هو. فعاد إليه، فضربه. قلت: من هذا؟ قالا: انطلق فانطلقنا إلى ثقب مثل التنور أعلاه ضيق وأسفله واسع يتوقد تحته نارا، فإذا اقترب ارتفعوا حتى كاد أن يخرجوا، فإذا خمدت رجعوا فيها، وفيها رجال ونساء عراة. فقلت: من هذا؟ قالا انطلق. فانطلقنا حتى أتينا على نهر من دم فيه رجل قائم. على وسط النهر». قال: «وعلى شط النهر رجل بين يديه حجارة فأقبل الرجل الذي في النهر فإذا أراد أن يخرج رمى الرجل بحجر في فيه فرده حيث كان، فجعل كلما جاء ليخرج رمى في فيه بحجر، فيرجع كما كان. فقلت: ما هذا؟». قالا: انطلق فانطلقنا حتى انتهينا إلى روضة خضراء فيها شجرة عظيمة، وفي أصلها شيخ وصبيان، وإذا رجل قريب من الشجرة بين يديه نار يوقدها. فصعدا بي في الشجرة وأدخلاني دارا لم أر قط أحسن منها، فيها رجال شيوخ وشباب ونساء وصبيان، ثم أخرجاني منها فصعدا بي الشجرة فأدخلاني دارا هي أحسن وأفضل، فيها شيوخ وشباب. قلت: طوفتماني الليلة، فأخبراني عما رأيت. قالا: نعم، أما الذي رأيته يشق شدقه فكذاب يحدث بالكذبة فتحمل عنه حتى تبلغ الآفاق فيصنع به إلى يوم القيامة. والذي رأيته يشدخ رأسه فرجل علمه الله القرآن فنام عنه بالليل ولم يعمل فيه بالنهار يفعل به إلى يوم القيامة والذي رأيته في الثقب فهم الزناة والذي رأيته في النهر آكلوا الربا والشيخ في أصل الشجرة إبراهيم عليه السلام والصبيان حوله فأولاد الناس والذي يوقد النار مالك خازن النار والدار الأولى التي دخلت دار عامة المؤمنين وأما هذه الدار فدار الشهداء وأنا جبريل وهذا ميكائيل فارفع رأسك فرفعت رأسي فإذا فوقي مثل السحاب قالا ذاك منزلك قلت دعاني أدخل منزلي قالا إنه بقي لك عمر لم تستكمله فلو استكملت أتيت منزلك».
“Nabi صلى الله عليه وسلم jika seusai sholat, beliau menghadapkan wajah beliau kepada kami seraya bersabda: “Siapakah dari kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?” jika ada satu orang melihat itu, dia akan bercerita, lalu Nabi menakwilkannya sesuai dengan kehendak Alloh. Lalu pada suatu hari beliau bertanya pada kami: “Siapakah dari kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?” kami menjawab: “Tidak ada.” Beliau bersabda: “Tapi aku tadi malam melihat dalam mimpi ada dua orang yang mendatangiku seraya mengambil tanganku lalu mengeluarkan aku dari tanah suci. Tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk, dan ada orang lain yang berdiri sambil membawa cakar besi di tangannya. Dia memasukkan cakar besi tadi ke dalam tepi mulutnya lalu menariknya hingga mencapai tengkuknya. Lalu dia berbuat seperti itu pada sisi mulut yang lain. Lalu tepi mulut yang robek tadi mengatup kembali, dan selanjutnya dirobek lagi seperti sebelumnya. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi seseorang yang sedang berbaring di atas tengkuknya, dan orang lain berdiri di kepalanya dengan membawa batu pemukul atau batu karang, lalu dipakainya batu tadi untuk memecahkan kepalanya, setelah batu itu dipukulkan, batu tadi menggelinding, maka orang tadi berangkat mengejar batu tadi untuk mengambilnya. Maka tidaklah dia kembali ke orang yang berbaring tadi sampai kepala orang itu mengatup dan kembali seperti semula. Lalu orang itu kembali kepadanya, seraya memukulnya lagi. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi lubang seperti tanur, atasnya sempit, dan bagian bawahnya luas, di bawahnya ada api yang dinyalakan. Jika mendekati permukaan tanur, merekapun naik sampai hamper mau keluar darinya, tapi jika apinya padam, mereka kembali ke dalam. Di dalamnya ada ada pria dan wanita yang telanjang. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi sungai dari darah yang di dalamnya ada orang di situ. Di tengah sungai –atau berkata:- di tepi sungai ada orang yang di hadapannya ada bebatuan. Maka orang yang di sungai itu menuju ke arahnya, jika orang itu ingin keluar dari sungai, orang yang ini melemparinya dengan batu ke mulutnya sehingga mengembalikannya ke tempatnya semula. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami tiba di sebuah kebun yang hijau yang di dalamnya ada pohon besar, dan di pangkal pohon tadi ada seorang syaikh (tua) yang dan anak-anak kecil, tiba-tiba saja ada orang di dekat pohon itu, yang di depannya ada api yang dinyalakannya. Lalu dua orang ini membawaku naik di pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang belum pernah aku lihat ada rumah yang lebih bagus daripada itu. Di dalamnya ada orang-orang tua, anak-anak muda, para perempuan dan anak-anak kecil. Lalu keduanya mengeluarkan aku dari rumah itu, lalu dua orang ini membawaku naik lagi ke pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang lebih bagus dan lebih mulia. Di dalamnya ada orang-orang tua dan anak-anak muda. Aku berkata: kalian berdua telah membawaku berkeliling malam ini, maka kabarilah aku tentang apa yang aku lihat. Keduanya menjawab: “Iya. Adapun orang yang kau lihat ujung mulutnya dirobek, maka dia itu adalah pembohong besar yang berbicara dengan kedustaan, lalu kedustaan itu dibawa darinya hingga mencapai ufuk-ufuk. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari kiamat. Dan orang yang engkau lihat kepalanya dipecahkan, maka dia adalah orang Alloh ajari dia Al Qur’an, lalu dia tidur meninggalkan di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari kiamat. Dan orang yang engkau lihat dia ada di dalam lubang tadi, maka mereka itu adalah para pezina. Dan orang yang engkau lihat ada di sungai, maka dia itu adalah pemakan riba. Dan orang tua yang engkau lihat ada di pangkal pohon tadi, dia adalah Ibrohim عليه السلام . dan anak-anak yang di sekitarnya adalah anak-anak orang. Dan orang yang menyalakan api tadi adalah Malik penjaga neraka. Rumah yang pertama yang engkau masuki adalah rumah keumuman orang yang beriman. Adapun rumah yang kedua adalah rumah para syuhada. Dan aku adalah Jibril, dan ini Mikail. Angkatlah kepalamu.” Maka aku mengangkat kepalaku, ternyata di atasku ada seperti awan. Keduanya berkata: “Itu adalah tempat tinggalmu.” Aku berkata: “Biarkanlah aku memasuki tempat tinggalku.” Keduanya berkata: “Masih tersisa untukmu umur yang belum engkau selesaikan. Jika engkau telah menyelesaikannya, engkau akan mendatangi tempat tinggalmu.” (HR. Al Bukhoriy (1386)).
Ibnu Hajar رحمه الله berkata: “Hanyalah orang itu (si pendusta) berhak mendapatkan siksaan tadi dikarenakan tumbuh dari kedustaan tadi kerusakan-kerusakan, dan orang ini bisa memilih dan tidak terpaksa. Ibnu Hubairoh berkata: Manakala si pendusta itu hidungnya dan matanya membantu lidahnya untuk berdusta dengan melariskan kebatilannya, terjadilah persekutuan di antara anggota badan tadi dalam hukuman.” (“Fathul Bari”/Ibnu Hajar/12/hal. 445).
Sebab kedua belas: memakan riba
Dalilnya sebagaimana hadits tadi. Ibnu Hubairoh رحمه الله berkata: “Hanyalah pemakan riba dihukum dengan berenang di sungai merah tadi dan dilemparkannya batu ke dalam mulutnya adalah karena asal dari riba adalah berlaku pada emas, dan emas itu merah. adapun dilemparkannya batu ke dalam mulutnya oleh malaikat, maka itu adalah isyarat bahwasanya batu tadi tidak bermanfaat baginya sedikitpun, demikian pula riba, sungguh pelakunya berhayal bahwasanya hartanya tadi akan bertambah, tapi Alloh di hadapannya menjadikan hartanya tadi rusak.” (“Fathul Bari”/Ibnu Hajar/12/hal. 445).
Sebab ketiga belas: zina
Dalilnya sebagaimana hadits tadi. Ibnu Hajar رحمه الله berkata: “Ucapan beliau: “Mereka adalah para pezina” kesesuaian ketelanjangan untuk mereka adalah karena mereka berhak untuk dibongkar kekejiannya, karena kebiasaan mereka adalah bersembunyi di tempat sepi, maka mereka dihukum dengan dibongkar aib mereka tadi. Dan hikmah datangnya siksaan dari arah bawah mereka adalah karena kejahatan mereka tadi adalah dari anggota badan mereka yang di bawah. (“Fathul Bari”/Ibnu Hajar/12/hal. 445).
Sebab keempat belas: memerintahkan kepada kebaikan tapi dia sendiri tidak mengamalkannya
Dari Anas رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«رأيت ليلة أسري بي رجالا تقطع ألسنتهم بمقاريض من نار فقلت: يا جبريل من هؤلاء؟ قال: هؤلاء خطباء من أمتك يأمرون الناس بما لا يفعلون».
“Aku melihat pada malam aku diisro’kan ada orang-orang yang lidah-lidah mereka digunting dengan gunting-gunting dari api. Maka aku bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka adalah para khothib dari umatmu, mereka memerintahkan manusia dengan perkara yang mereka sendiri tidak mengerjakannya.” (HR. Ath Thobroniy di “Al Mu’jamul Ausath” (411), sanadnya hasan, rowinya tsiqoh kecuali Ahmad bin Khulaid, dan dia adalah Abu Abdillah bin Yazid Al Kindiy, shoduq).

Sebab keempat belas: menggunjing dan membikin kedustaan terhadap saudara
Dari Anas رضي الله عنه yang berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«لما عرج بي مررت بقوم لهم أظفار من نحاس يخمشون وجوههم وصدورهم. فقلت: من هؤلاء يا جبريل ؟ قال: هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس ويقعون في أعراضهم».
“Ketika aku dinaikkan ke langit aku melewati suatu kaum yang punya kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri. Kutanyakan,”Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Jawabnya,”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan merusak kehormatan mereka.” (HR. Abu Dawud (4878) dan dishohihkan Al Imam Al Wadi’i رحمه الله dalam “Ash Shohihul Musnad” (112)).
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Kemudian orang mukmin diberi kenikmatan di alam kubur sesuai dengan amalannya, dan orang yang jahat disiksa di situ sesuai dengan amalannya juga. Dan setiap anggota badan dikhususkan dengan siksaan yang layak dengan kejahatan anggota badan tadi, maka orang yang suka menggunjing dan merobek-robek daging manusia serta merusak kehormatan mereka, mulutnya digunting dengan gunting-gunting dari api.” (“Tuhfatul Maudud”/hal. 305).
Demikianlah yang disebutkan oleh Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله. Yang menjadi pendalilan adalah: bahwasanya siksaan di alam kubur itu terjadi sesuai dengan jenis kejahatan yang diperbuat. Alloh yang paling tahu.

Sebab kelima belas: kagum pada diri sendiri dan congkak terhadap orang lain
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«بينما رجل يتبختر يمشي في برديه قد أعجبته نفسه فخسف الله به الأرض فهو يتجلجل فيها إلى يوم القيامة». (أخرجه البخاري (5789) و مسلم (2088)).
“Suatu ketika ada orang yang berjalan dengan congkak dengan memakai dua kain burdahnya, dia kagum dengan dirinya sendiri, maka Alloh menenggelamkannya ke dalam bumi, maka dirinya terbolak-balik di dalamnya sampai hari Kiamat.” (HR. Al Bukhoriy (5789) dan Muslim (2088)).
Al Qurthubiy رحمه الله berkata: “Seseorang itu merasa kagum dengan dirinya sendiri itu adalah saat dia memandang dirinya sendiri dengan perasaan bahwasanya dirinya itu sempurna dan bagus, sambil dia itu lupa karunia Alloh ta’ala. Jika dia merasa dirinya lebih tinggi dari pada orang lain dan meremehkan orang lain, maka itulah yang namanya kesombongan yang tercela.” (“Al Mufhim”/17/hal. 94).

Sebab keenam belas: menzholimi Al Husain bin Ali رضي الله عنهما
Sesungguhnya Al Husain bin Ali bin Abi Tholib رضي الله عنهما , cucu Rosululloh صلى الله عليه وسلم dibunuh oleh Ubaidulloh bin Ziyad secara zholim di Karbala pada hari Asyuro (10 Muharrom). Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Kemudian masuk ke tahun enam puluh satu, tahun ini diawali dalam keadaan Al Husain bin Ali berjalan ke Kufah, antara Mekah dan Iroq dengan disertai sahabat dan keluarga beliau, lalu beliau terbunuh pada hari Asyuro dari bulan Muharrom tahun tersebut, menurut kisah yang terkenal.” (“Al Bidayah Wan Nihayah”/8/hal. 172).
Kemudian Ibrohim ibnul Asytar membunuh Ubaidulloh juga pada hari Asyuro, tahun enam puluh tujuh Hijriyyah. Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “… Kemudian kebetulan Ibnul Asytar disertai tujuh ribu orang keluar bertemu dengan Ibnu Ziyad yang disertai pasukan yang berlipat ganda, akan tetapi Ibnul Asytar berhasil menangkapnya lalu membunuhnya dengan pembunuhan yang paling jelek di tepi sungai Khozar, sejarak lima marhalah di dekat Maushil. Abu Ahmad Al Hakim berkata: “Kejadian itu berlangsung pada hari Asyuro.” Aku katakan: dan itu adalah hari terbunuhnya Al Husain.” (“Al Bidayah Wan Nihayah”/8/hal. 286).
Dari Umaroh bin Umair yang berkata:
لما جيء برأس عبيد الله بن زياد وأصحابه نضدت في المسجد في الرحبة فانتهيت إليهم وهم يقولون قد جاءت قد جاءت فإذا حية قد جاءت تخلل الرؤس حتى دخلت في منخري عبيد الله بن زياد فمكثت هنيهة ثم خرجت فذهبت حتى تغيبت ثم قالوا قد جاءت قد جاءت ففعلت ذلك مرتين أو ثلاثا.
“Ketika kepala Ubaidulloh bin Ziyad dan teman-temannya dibawa dan ditumpuk di masjid di Rohbah. Aku sampai kepada mereka, dalam keadaan mereka berkata: “Dia datang, dia datang.” Tiba-tiba ada ular yang datang dan menyusup di sela-sela kepala-kepala tadi hingga masuk ke dalam rongga hidung Ubaidulloh bin Ziyad, lalu tinggal di dalamnya sebentar, lalu keluar dan pergi sampai menghilang. Kemudian mereka berkata lagi: “Dia datang, dia datang.” Ular itu berbuat seperti tadi dua kali atau tiga kali.” (HR. At Tirmidziy (3780) dengan sanad yang shohih).

Sebab ketujuh belas: memungut pajak
Sesungguhnya pemungutan pajak terhadap kaum muslimin merupakan suatu dosa besar, termasuk kebiasaan orang zaman jahiliyyah. Abu ‘Ubaid رحمه الله berkata: “Dan dulu pemungutan pajak punya asal pada zaman jahiliyyah. Dilakukan oleh para raja Arob dan non Arob semua. Dulu kebiasaan mereka adalah mengambil dari para pedagang sepersepuluh dari harta mereka jika mereka melewati raja-raja tadi dengan membawa harta –sampai pada ucapan beliau:- maka dengan ini kita mengetahui bahwasanya perbuatan tadi adalah termasuk sunnah jahiliyyah, beserta hadits-hadits yang banyak tentang masalah itu. Maka Alloh ta’ala dengan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم dan dengan Islam membatalkan hal itu, dan datanglah kewajiban zakat, … dst. (“Ahkam Ahlidz Dzimmah”/karya Ibnul Qoyyim/hal. 51).
Al Imam Adz Dzahabiy رحمه الله berkata: “Pemungut pajak merupakan pembantu terbesar bagi orang-orang yang zholim, bahkan dia adalah termasuk orang yang zholim itu sendiri, karena dia mengambil apa yang bukan haknya, dan memberikan kepada orang yang tidak berhak. –sampai pada ucapan beliau:- dan dari manakah si pemungut pajak itu nanti pada hari Kiamat bisa membayar kepada orang-orang harta yang dulu diambilnya dari mereka? Mereka nanti hanyalah mengambil dari kebaikan-kebaikannya jika dia punya kebaikan! Dan dia masuk ke dalam:
قول النبي صلى الله عليه و سلم : «أتدرون من المفلس؟». قالوا: يا رسول الله المفلس فينا من لا درهم له و لا متاع. «إن المفلس من أمتي من يأتي بصلاة و زكاة و صيام و حج و يأتي و قد شتم هذا و ضرب هذا و أخذ مال هذا فيؤخذ لهذا من حسناته و هذا من حسناته فإن فنيت حسناته قبل أن يقضي ما عليه أخذ من سيئاتهم فطرحت عليه ثم طرح في النار». ]أخرجه مسلم (6744) عن أبي هريرة رضي الله عنه[.
Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Tahukah kalian siapa itu orang yang bangkrut?"Mereka berkata,"Wahai Rosululloh, orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tak punya dirham ataupun harta benda." Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan sholat, zakat, puasa dan haji. Dia datang tapi dalam keadaan telah mencaci orang ini, memukul orang ini, mengambil harta orang ini. Maka diambillah kebaikannya untuk orang ini, diambillah kebaikannya untuk orang itu, jika kebaikannya telah habis sebelum tanggung jawabnya selesai, diambillah dari kesalahan-kesalahan mereka lalu diletakkan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim (6744) dari Abu Huroiroh رضي الله عنه).
Dan di dalam hadits wanita yang mensucikan dirinya (dari dosa perzinaan) dengan rajam, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«لقد تابت توبة لو تابها صاحب مكس لغفر له أو لقبلت منه».
"Sungguh wanita ini telah bertobat, seandainya pemungut pajak bertobat dengan tobat macam itu pastilah orang itu diampuni, atau diterima tobat darinya." (HR. Muslim (1695) dari Buroidah رضي الله عنه).
Dan pemungut pajak itu mirip dengan perampok di jalan, dan dia itu termasuk pencuri, pengumpul pajak, penulisnya, saksinya, yang mengambilnya dari tentara, orang tua dan tukang berita, mereka bersekutu dalam dosa, memakan harta yang buruk dan harom. Telah shohih bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«لا يدخل الجنة لحم نبت من السحت النار أولى به».
"Tak akan masuk Jannah daging yang tumbuh dari suht. Neraka itu lebih pantas untuknya." [HR. Al Imam Ahmad (14441) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi'iy dalam "Ash Shohihul Musnad" (245)/cet. Darul Atsar].
Suht adalah: setiap keharoman yang buruk penyebutannya, yang mengharuskan untuk dicerca.
(selesai penukilan dari kitab “Al Kabair”/hal. 115/karya Adz Dzahabiy رحمه الله).
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan sahabat kami Abu Abdillah Muhammad ibnul Wazir Al Harroniy mengabariku bahwasanya dia pernah keluar dari rumahnya yang di Amid setelah ashr, menuju suatu kebun. Dia berkata: manakala sebelum maghrib aku melintas di tengah kuburan, tiba-tiba saja ada satu kuburan di situ berbentuk bara api seperti tempat pembakaran kaca, dan mayatnya di tengahnya. Maka aku mengusap kedua mataku dan berkata: “Aku sedang tidur ataukah terjaga?” kemudian aku menoleh ke dinding-dinding kota dan berkata: “Demi Alloh, aku tidak sedang tidur.” Kemudian aku pergi ke keluargaku dalam keadaan tergoncang. Mereka memberiku makan tapi aku tak sanggup memakannya. Kemudian aku masuk ke kota seraya bertanya tentang pemilik kuburan tadi, ternyata mayat itu adalah seorang pemungut pajak yang mati pada hari itu.” (kitab “Ar Ruh”/hal. 66-67. Ini juga dinukilkan oleh Al Imam Ibnu Rojab رحمه الله dalam kitab “Ahwalul Qubur”/hal. 109).
Sebab kedelapan belas: korupsi
Sesungguhnya ghulul (korupsi dan pengkhianatan dalam harta) itu termasuk dosa besar. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ﴾ [آل عمران: 161]
“Dan barangsiapa korupsi dia akan datang dengan membawa apa yang dikorupsinya itu pada hari kiamat, kemudian setiap jiwa akan dibalasi dengan sempurna sesuai dengan apa yang dikerjakannya dan mereka itu tidak dizholimi.”
Al Imam Al Qurthubiy رحمه الله berkata: “Yaitu: dia akan datang dengan membawa hasil korupsinya tadi di atas punggungnya dan lehernya, dia tersiksa dengan membawanya dan berat bebannya, tertimpa ketakutan dengan suaranya, terkena cercaan dengan ditampakkannya pengkhianatannya di hadapan para saksi, berdasarkan dalil yang akan datang. Dan penyingkapan aib yang Alloh ta’ala timpakan terhadap koruptor ini serupa dengan penyingkapan aib yang yang menimpa orang yang mengkhianati perjanjian, yaitu ditancapkannya bendera di pantatnya sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Dan Alloh ta’ala menjadikan hukuman ini sesuai dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh manusia.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/4/hal. 256).
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه yang berkata:
قام فينا النبي صلى الله عليه وسلم فذكر الغلول، فعظمه، وعظم أمره، قال: «لا ألفين أحدكم يوم القيامة على رقبته شاة لها ثغاء، على رقبته فرس له حمحمة، يقول: يا رسول الله أغثني، فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك. وعلى رقبته بعير له رغاء يقول: يا رسول الله أغثني، فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك. وعلى رقبته صامت فيقول: يا رسول الله أغثني فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك، أو على رقبته رقاع تخفق، فيقول: يا رسول الله أغثني، فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك».
“Nabi صلى الله عليه وسلم berdiri di tengah-tengah kami lalu beliau menyebutkan ghulul (korupsi), membesarkan urusan itu, beliau bersabda: “Jangan sampai aku berjumpa dengan salah seorang dari kalian pada hari Kiamat dalam keadaan di atas lehernya ada kambing yang mengembik, atau di atas lehernya ada kuda yang meringkik. Dia berkata: “Wahai Rosululloh, tolonglah saya.” Maka aku menjawab: “Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu.” Dan ada yang di atas lehernya ada onta yang menguak. Dia berkata: “Wahai Rosululloh, tolonglah saya.” Maka aku menjawab: “Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu.” Dan ada yang di atas lehernya ada emas. Dia berkata: “Wahai Rosululloh, tolonglah saya.” Maka aku menjawab: “Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu.” Dan ada yang di atas lehernya ada lembaran-lembaran catatan kejelekan yang bergerak-gerak Dia berkata: “Wahai Rosululloh, tolonglah saya.” Maka aku menjawab: “Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu.” (HR. Al Bukhoriy (3073) dan Muslim (1831)).
Dan dari Abdul Hamid bin Mahmud Al Mu’awwiliy yang berkata:
كنت جالسا عند ابن عباس فأتاه قوم فقالوا: إنا خرجنا حجاجا ومعنا صاحب لنا حتى أتينا ذا الصفاح فمات فهيأناه ثم انطلقنا فحفرنا له قبرا ولحدنا له فلما فرغنا من لحده إذا نحن بأسود قد ملأ اللحد فتركناه وحفرنا له مكانا آخر فلما فرغنا من لحده إذا نحن بأسود قد ملأ اللحد فتركناه وأتيناك. فقال ابن عباس: ذلك الغل الذي تغل به انطلقوا فادفنوه في بعضها، فوالذي نفسي بيده لو حفرتم الأرض كلها لوجدتموه فيها. فانطلقنا فدفناه، فلما رجعنا أتينا أهله بمتيع كان له معنا فقلنا لامرأته: ما كان عمل زوجك فقالت: كان يبيع الطعام فيأخذ كل يوم منه قوت أهله ثم يقرض القصب مثله فيلقيه فيه.
“aku pernah duduk di samping Ibnu Abbas, lalu ada sekelompok orang mendatangi beliau seraya berkata: “Kami keluar untuk berhaji, dan ada seorang teman kami yang menyertai kami hingga kami tiba di Dzash Shifah, lalu teman kami itu mati. Maka kami urus jenazahnya, lalu kami berangkat dan menggali satu kuburan untuknya dan kami bikin lahad untuknya. Manakala kami selesai membikin lahad tiba-tiba saja lahad itu penuh dengan harimau-harimau. Maka kami tinggalkan lubang tadi dan kami menggali kuburan lain untuknya. Manakala kami selesai membikin lahad tiba-tiba saja lahad itu penuh dengan harimau-harimau lagi. Maka kami tinggalkan lubang tadi dan kami mendatangi Anda.” Maka Ibnu Abbas berkata: “Itu adalah hasil korupsi yang dulu dia lakukan. Berangkatlah kalian dan makamkanlah dia di sebagian lubang tadi. Maka demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, andaikata kalian menggali bumi seluruhnya, kalian pasti akan mendapati hal itu tadi ada di dalamnya.” Maka kamipun berangkat lalu kami memakamkannya. Ketika kami kembali kami mendatangi istrinya dengan barang dia yang bersama kami. Kami berkata pada istrinya: “Apa yang dulu dikerjakan oleh suamimu?” maka dia menjawab: “Dulu dia menjual makanan, lalu dia mengambil setiap harinya makanan pokok untuk keluarganya, kemudian dia memotong bambu yang semisal dengan makanan yang diambil tadi, lalu dia melemparkan bambu tadi ke dalam makanan tadi.”  ([5])
Barangkali orang tadi sekedar pegawai yang menjual makanan orang lain lalu dia mengkorupsi makanan tadi untuk keluarganya di luar perjanjian antara dirinya dan pemilik dagangan, lalu sebagai gantinya dia memasukkan potongan bambu tadi ke dalam tumpukan makan tadi untuk mengelabuhi orang. Wallohu a’lam.
Sebab kesembilan belas: mencaci Salafush Sholih
Dari Abu Sa’id Al Khudriy رضي الله عنه yang berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«يأتي على الناس زمان يبعث منهم البعث فيقولون: انظروا هل تجدون فيكم أحدا من أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- فيوجد الرجل فيفتح لهم به. ثم يبعث البعث الثاني فيقولون: هل فيهم من رأى أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- فيفتح لهم به. ثم يبعث البعث الثالث فيقال: انظروا هل ترون فيهم من رأى من رأى أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- ثم يكون البعث الرابع فيقال: انظروا هل ترون فيهم أحدا رأى من رأى أحدا رأى أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- فيوجد الرجل فيفتح لهم به ».
“Akan datang pada manusia suatu zaman di mana diutuslah dari mereka suatu utusan, lalu mereka berkata: “Lihatlah apakah kalian mendapatkan di antara kalian satu orang dari shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya. Kemudian diutuslah utusan kedua, lalu mereka berkata: “Apakah di antara mereka ada orang yang melihat shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya. Lalu diutuslah utusan ketiga, lalu mereka berkata: “Lihatlah apakah kalian melihat di antara mereka ada orang yang melihat orang yang melihat shahabat Nabiصلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya. Lalu diutuslah utusan keempat, lalu mereka berkata: “Lihatlah apakah kalian melihat di antara mereka ada satu orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihat satu orang dari shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya.” (HR. Muslim (2532)).
Sesungguhnya para Shohabat رضي الله عنهم itu memiliki kedudukan yang agung di umat ini. Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Dulu para Shohabat رضي الله عنهم dalam bab keberanian dan menaati perintah Alloh serta melaksanakan perkara yang Alloh bimbingkan itu mereka memiliki bagian yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari umat-umat dan generasi sebelum mereka, dan tidak pula dimiliki oleh seorangpun dari generasi sesudah mereka, karena sesungguhnya mereka dengan berkah Rosul صلوات الله وسلامه عليه dan ketaatan pada beliau terhadap perkara yang beliau perintahkan, mereka membuka hati-hati yang tertutup dan wilayah-wilayah timur dan barat dalam jangka waktu yang pendek, bersamaan dengan sedikitnya jumlah mereka dibandingkan dengan pasukan-pasukan seluruh wilayah dari kalangan Romawi, Persia, Turki, Shoqolibah, Barbar, Habasyah, dan jenis-jenis kulit hitam, Mesir, dan kelompok-kelompok dari anak Adam. Mereka bisa mengalahkan seluruh pasukan tersebut hingga meninggilah kalimat Alloh, dan menanglah agama-Nya di atas seluruh agama, dan membentanglah kerajaan Islam di timur Bumi dan baratnya, dalam jangka waktu kurang dari tiga puluh tahun. Maka semoga Alloh meridhoi mereka dan menjadikan mereka semua ridho, dan mengumpulkan kita ke dalam rombongan mereka, sesungguhnya Dia itu Maha dermawan lagi Maha Memberi.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/4/hal. 72).
Maka barangsiapa menghina mereka atau mencela mereka, atau mencerca mereka, maka sungguh dia itu telah tersesat dan bahkan bisa jadi kafir. Alloh ta’ala berfirman:
﴿مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ الله وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ الله الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا﴾ [الفتح/29]،
“Muhammad adalah utusan Alloh. Dan orang-orang yang bersama beliau itu keras kepada orang-orang kafir dan menyayangi di antara mereka. Engkau melihat mereka itu ruku’ dan sujud dalam rangka mencari karunia dari Alloh dan keridhoan-Nya. Alamat mereka di wajah-wajah mereka adalah berupa bekas sujud. Yang demikian itu adalah permisalan mereka di dalam Tauroh. Dan permisalan mereka di dalam Injil adalah bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya lalu memperkerasnya, lalu tunas itu tumbuh meninggi, lalu tegak lurus di atas pokoknya, tanam itu membikin kagum para petani, agar dengan para shahabat itu Alloh membikin marah orang-orang kafir. Alloh menjanjikan pada orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara mereka dengan ampunan dan pahala yang agung.”
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Dan dari ayat ini Al Imam Malik رحمه الله dalam suatu riwayat dari beliau mengambil faidah tentang kafirnya Rofidhoh yang membenci Shohabat. Beliau berkata: “Karena mereka murka pada para shohabat. Dan barangsiapa marah pada shohabat maka dia itu kafir dengan ayat ini.” Dan ucapan beliau ini disetujui oleh sekelompok ulama tentang hal ini.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 362).
Al Imam Ibnu Abid Dunya رحمه الله berkata: Muhammad ibnul Husain bercerita padaku: Abu Ishaq pemilik kambing berkata padaku:
دعيت إلى ميت لأغسله فلما كشفت الثوب عن وجهه إذا بحية قد تطوقت على حلقه فذكر من عظمها قال فخرجت ولم أغلسه قال ذكروا أنه كان يشتم السلف. (كتاب “القبور” /رقم 129).
“Aku pernah dipanggil untuk memandikan jenazah. Manakala aku menyingkap baju yang menutupi wajahnya ternyata ada seekor ular yang melingkari tenggorokannya. –dia menyebutkan besarnya ular tadi, lalu dia berkata:- maka aku keluar dan tidak jadi memandikannya. Mereka berkata bahwasanya orang yang mati tadi dulunya sering mencerca Salaf.” (kitab “Al Qubur”/no. 129). ([6])

([1]) HR. Al Bukhoriy (86) dan Muslim (905) dari Asma رضي الله عنها.
([2]) Catatan penerjemah: untuk meringkas waktu, tidak saya terjemahkan pembahasan sanad atsar ini. Ringkasnya adalah bahwasanya Al Imam Ath Thobariy رحمه الله punya dua sanad untuk atsar ini yang kesimpulannya adalah: shohih. Silakan rujuk sumber terjemahan dari risalah ini “Itsbatu Na’imi Wa ‘Adzabil Qobr Wa Bayani Ma Fi Shiyami Syahrillahi Muharrom Minal Ajr”. Dan taufiq adalah dari Alloh semata.
([3]) Catatan penerjemah: Ringkasnya adalah bahwasanya di dalam sanadnya ada riwayat Ma’mar dari Al Hasan. Al Imam Ahmad berkata dalam biografi Ma’mar: “Dia tidak mendengar dari Al Hasan” (“Jami’ut Tahshil”/no. 786/cet. ‘Alamul Kutub).
Sanadnya putus.
([4]) Sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh رضي الله عنه yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (3117), akan datang penyebutannya إن شاء الله.
([5]) Atsar ini hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam kitab “Al Qubur” (no. 128), Al Lalikaiy dalam “Syarh Ushulil I’tiqod” (no. 1742) dan Al Baihaqiy dalam “Syu’abul Iman” (4928), rowinya tsiqot kecuali Hisyam bin Hassan, shoduq.
([6]) Atsar ini hasan. Muhammad ibnu Husain haditsnya hasan. Lihat biografinya di “Al Jarh Wat Ta’dil” (Ibnu Abi Hatim/no. 1261), “Tarikh Baghdad” (2/hal. 223), “Siyar A’lamin Nubala” (11/hal. 112) dan “Ats Tsiqot” (Ibnu Hibban/no. 15338).
Audio/Artikel terkait:
  1. Nikmat dan Siksa Kubur (Bag.2)
Kategori: Aqidah/Manhaj - Umum | 58x Dilihat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar