Halaman

Minggu, 18 Mei 2014

PENJELASAN SYARHUS SUNNAH LIL MUZANI (BAG 19.a)

by webadmin
Di Tulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
 MENCINTAI PARA SAHABAT NABI

al-Muzani rahimahullah menyatakan:
وَيُقَالُ بِفَضْلِ خَلِيْفَة ِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَهُوَ أَفْضَلُ الْخَلْقِ وَأَخْيَرُهُمْ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنُثَنِّي بَعْدَهُ بِالْفَارُوْقِ وَهُوَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَهُمَا وَزِيْرَا رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضَجِيْعَاهُ فِي قَبْرِهِ وَجَلِيْسَاهُ فِي الْجَنَّةِ وَنُثَلِّثُ بِذي النُّوْرَيْنِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ثُمَّ بِذِي الْفَضْلِ وَالتَّقِىِّ عَلِي بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ ثُمَّ الْبَاقِيْنَ مِنَ الْعَشْرَةِ الَّذِيْنَ أَوْجَبَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَنَّةَ وَنُخْلِصُ لِكُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ مِنَ اْلمحَبَّةِ بِقَدْرِ الّذِي أَوْجَبَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ التَّفْضِيْلِ ثُمَّ لِ سَائِرِ أَصْحَابِهِ مِنْ بَعْدِهِمْ رَضِي اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ
Dan dikatakan tentang keutamaan Khalifah (pengganti) Rasulullah shollallahu alaihi wasallam: Abu Bakr radhiyallaahu anhu adalah manusia terbaik dan terpilih setelah Nabi shollallahu alaihi wasallam. Kita sebutkan di urutan kedua setelahnya adalah al-Faruq Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu. Keduanya adalah orang dekat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, yang bersebelahan kuburnya, dan teman duduk di surga. Kemudian kita sebutkan yang ketiga adalah DzunNuuroini (pemilik dua cahaya) Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, kemudian (setelahnya) adalah pemilik kemulyaan dan ketaqwaan Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhum ‘ajmaiin (semoga Allah meridhai mereka berempat). Kemudian (setelah itu) sepuluh orang yang dipastikan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam masuk surga. Kita memurnikan kecintaan kepada setiap di antara mereka dengan kadar kecintaan yang ditetapkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sesuai keutamaan mereka. Kemudian (demikian juga sikap kita) kepada seluruh Sahabat beliau setelahnya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya.

PENJELASAN:
Pada bagian ini, al-Imam al-Muzani menjelaskan beberapa poin penting, yaitu:
  1. Urut-urutan Sahabat Nabi dalam hal keutamaan.
  2. Mencintai semua Sahabat Nabi

Definisi Sahabat Nabi

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany menjelaskan tentang siapakah yang tergolong Sahabat Nabi:
وأصحُّ ماوقفتُ عليه من ذلك أنَّ الصحابيَّ مَن لقي النَّبِيَّ مؤمناً به ومات على الإسلام، فيدخل فيمن لقيه مَن طالت مجالسته له أوقصُرت، ومن روى عنه أو لَم يروِ، ومن غزا معه أو لَم يغزُ، ومن رآه رُؤيةً ولو لَم يجالسْه، ومَن لَم يرَه لعارضٍ كالعمى
Pendapat yang paling benar adalah bahwasanya Sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan Nabi dalam keadaan beriman dan meninggal dalam Islam. Termasuk dalam hal ini adalah orang yang bertemu dengan Nabi baik masa duduk bersama Nabi lama atau sebentar, yang meriwayatkan dari beliau atau tidak meriwayatkan, yang berperang bersama beliau atau tidak, atau yang pernah melihat beliau meski tidak duduk bersama beliau, atau yang terhalang tidak melihat beliau karena halangan, seperti buta (al-Ishobah fit Tamyiizis Shohaabah karya Ibnu Hajar (1/10))
Pendapat Ibnu Hajar ini diambil dari pendapat al-Bukhari dan gurunya, yaitu Imam Ahmad bin Hanbal.
Hadits berikut ini juga memperjelas definisi Sahabat Nabi sekaligus keutamaan bagi para Sahabat Nabi, Tabiin (orang yang berguru pada Sahabat), dan Atbaut Tabi’in (berguru pada Tabi’in):
طُوْبَى لِمَنْ رَآنِي وَآمَنَ بِي وَطُوْبَى لِمَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي وَلِمَنْ رَأَى مَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي وَأَمَنَ بِي طُوْبَى لَهُمْ وَحُسْنَ مَآبٍ
Beruntunglah bagi orang melihatku dan beriman kepadaku, dan beruntunglah bagi orang yang melihat orang yang melihatku dan orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Beruntung bagi mereka dan tempat kembali yang baik (H.R atThobarony dishahihkan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’)
 لاَ تَزَالُونَ بِخَيْرٍ مَا دَامَ فِيكُمْ مَنْ رَآنِي وَصَاحَبَنِي , وَاللهِ لاَ تَزَالُونَ بِخَيْرٍ , مَا دَامَ فِيكُمْ مَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي , وَصَاحَبَ مَنْ صَاحَبَنِي , وَاللهِ لاَ تَزَالُونَ بِخَيْرٍ , مَا دَامَ فِيكُمْ مَنْ رَأَى مَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي , وَصَاحَبَ مَنْ صَاحَبَ مَنْ صَاحَبَنِي
Kalian senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada orang yang melihatku dan menjadi sahabatku. Demi Allah kalian senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada orang yang melihat orang yang melihatku dan menjadi Sahabat dari Sahabatku. Demi Allah, kalian senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku dan menjadi Sahabat dari Sahabat para Sahabatku (H.R Ibnu Abi Syaibah dan al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan sanadnya hasan dalam Fathul Bari).

Urut-Urutan Keutamaan Sahabat Nabi
Para Sahabat Nabi bertingkat-tingkat dalam hal keutamaan. Yang paling utama adalah Abu Bakr as-Shiddiq, kemudian Umar bin al-Khoththob, kemudian Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma beliau berkata: Kami dulu memilih di antara manusia pada zaman Nabi shollallahu alaihi wasallam, maka kami memilih Abu Bakr kemudian Umar bin al-Khoththob kemudian Utsman bin Affan radhiyallahu anhum (H.R alBukhari no 3382)
Ali bin Abi Thalib berada pada urutan keutamaan keempat, karena beliau diangkat menjadi Khalifah dan dibaiat oleh mayoritas Sahabat Nabi yang masih hidup pada waktu itu sepeninggal Utsman bin Affan. Masa kekhalifahan Ali masih berada dalam kurun waktu yang disebut Nabi sebagai masa kekhalifahan Nubuwwah:
خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ
Kekhalifahan Nubuwwah berjalan 30 tahun, kemudian Allah berikan kekuasaan raja bagi yang dikehendakiNya (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al-Albany dalam Shahihul Jami’).
Kekhalifahan Abu Bakr: 2 tahun 3 bulan, Umar: 10,5 tahun, Utsman: 12 tahun, dan Ali: 4 tahun 9 bulan, serta al-Hasan (putra Ali): 6 bulan. Masa kekhalifahan ini disebut sebagai kekhalifahan nubuwwah yang penuh dengan keutamaan. Masa selanjutnya adalah kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan yang merupakan raja terbaik bagi kaum muslimin (Syarh al-Akidah atThohawiyyah karya Ibnu Abil Izzi al-Hanafiy)

Khusus untuk Abu Bakr dan Umar, mereka tidak saja terbaik di kalangan umat Nabi Muhammad. Mereka adalah manusia terbaik selain para Nabi dan Rasul pada seluruh umat manusia.
عَنْ عَلِيٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ سَيِّدَا كُهُولِ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنْ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ مَا خَلَا النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ لَا تُخْبِرْهُمَا يَا عَلِيُّ
Dari Ali (bin Abi Tholib) dari Nabi shollallahu alaihi wasallam beliau berkata: Abu Bakr dan Umar keduanya adalah pemuka pria dewasa penduduk surga dari umat paling awal sampai paling akhir selain para Nabi dan Rasul. Jangan engkau beritahukan kepada keduanya wahai Ali (H.R atTirmidzi no 3599, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Setelah keempat Khulafaur Rasyidin itu, urutan berikutnya dalam hal keutamaan adalah 6 Sahabat Nabi lain yang disebutkan dalam satu hadits bahwa ada 10 Sahabat masuk surga, yaitu: Tholhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin al-Waqqosh, Said bin Zaid, Abu Ubaidah Ibnul Jarroh.
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ
Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Tholhah di surga, az-Zubair di surga, Abdurrohman bin Auf di surga, Sa’ad bin Abi Waqqosh di surga, Said (bin Zaid) di surga, Abu Ubaidah Ibnul Jarroh di surga (H.R atTirmidzi no 3680 dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
webadmin | May 16, 2014 at 8:56 am | Categories: Aqidah | URL: http://wp.me/p1FTDn-2cH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar