Halaman

Kamis, 26 April 2012


Pentingnya Tauhid

Pentingnya Tauhid
Oleh : Al Ustadz Abu Ayyub

Agama Islam merupakan agama yang sempurna, tidak perlu ada penambahan maupun pengurangan. Islam mengtur hubungan antara makhluk dan al-kholiq serta hubungan antar sesame makhluk. Islam yang dilandasi oleh tauhid merupakan agama para Rosul semuanya. Para Rosul diutus oleh Alloh subhanahu wa ta’ala untuk mendakwahkan tauhid kepada setiap ummatnya, sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta’ala :
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”.(QS. Al Anbiya : 25)
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS: An Nahl : 36)
Alloh berfirman tentang nabi Nuh :
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (QS: Al A’raf : 59)
Karena tujuan dan hikmah tauhid inilah, Alloh subhanahu wa ta’ala menciptakan jin dan manusia, sebagaimana firman Alloh :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(QS: Adzariyat:56).
Tauhid merupakan asas atau landasan agama islam. Tidaklah bias dibenarkan keislaman seseorang tanpa dilandasi tauhid yang benar. Sehingga berapapun banyaknya amalan yang dilakukan seseorang ketika tidak didasari oleh tauhid yang benar maka sia-sialah amalannya dan tidak diterima oleh Alloh subhanahu wa ta’ala.
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. (QS: Az Zumar : 65)
Di Mekkah, selama 13 tahun Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallammendakwahkan tauhid kepada manusia. Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan sahabatnya yaitu Mu’adz bin Jabbal agar yang pertama kali didakwahkan adalah masalah tauhid, sebagaimana hal tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim melalui jalur Ibnu Abbasradhiyallohu anhu :
Bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam tatkala mengutus Mu’adz ke Yaman maka Rosululloh bersabda :
“Bahwa sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari golongan ahlul kitab, maka jadikan yang pertama kamu dakwahkan kepada mereka yaitu syahadah “laa ilaha illa Alloh (tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Alloh)”di riwayat lain “sampai mereka mentauhidkan Alloh”. Apabila mereka mentaati dalam hal tersebut, maka sampaikan kepada mereka bahwa sesungguhnya Alloh mewajibkan atas mereka sholat lima waktu sehari semalam”…(dan seterusnya dalam hadits yang panjang).
Para pembaca yang dimuliakan Alloh, Semoga Alloh memberikan petunjuk kepada kita semua, dengan uraian singkat di atas menunjukkan kepada kita akan pentingnya kedudukan tauhid dalam agama Islam, sementara kalau kita mau melihat kaum muslimin pada hari ini, pada kalangan awwamnya bahkan kalangan “cendekiawan”, mereka kurang begitu perhatian terhadap masalah kalimat laa ilaha illalloh. Kalimat ini merupakan kalimat tauhid, bahkan sebagian umat Islam tidak tahu apa makna dari kalimat ini, sehingga kita sering dapati mereka terjatuh ke dalam perbuatan atau perkataan yang bisa mengurangi nilai keislaman bahkan bisa mengeluarkan dari agama yang mulia ini. Wal ‘iyyadzu billah
Melihat pentingnya hal ini, maka penulis dengan memohon kemudahan kepada Alloh, akan sedikit membahas masalah ini.
Makna kalimat “laa ilaha illalloh”, Syaikh ‘alamah Hafidz Ibn Al Ahkami rohimahullohberkata “makna laa ilaha illalloh adalah laa ma’buda bi haqqin illalloh (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh)”. Kalimat “laa ilaha” bermakna meniadakan seluruh sesembahan selain Alloh. Maka tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Sehingga kalimat “illallah” bermakna menetapkan segala jenis ibadah hanya kepada Allah ta’ala semata, dialah sesembahan yang haq (yang benar) dan yang berhak untuk diibadahi. (lihat Ma’arijul Qobul,2/516)
Berdasarkan penjelasan beliau rahimallah tersebut, maka makna yang tepat dari kalimat laa ilaha illallah adalah “tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah” ditambahkan kalimat “yang berhak disembah” ini ditinjau dari dua sisi.
Pertama, kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali sesembahan selain Allah di muka bumi ini, akan tetapi dari sekian banyak sesembahan tersebut yang berhak untuk disembah hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala :
Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang batil; dan Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.(QS : Luqman :31 )
Kedua, dari sisi kaidah bahasa arab pada kalimat “laa ilaha illallah” memang ada satu kata yang dibuang, yaitu “haqqun” sehingga kalimat lengkap dari kalimat tauhid tersebut, sebenarnya adalah “laa ilaha haqqun illallah” yang berarti “tidak ada sesembahan yang haq (yang berhak disembah) selain Allah.
Kalo ada yang bertanya, “mengapa ada kata yang dibuang?”, maka jawabannya adalah karena kaidah bahasa arab menuntut agar kalimat tersebut disampaikan secara ringkas, namun dapat dipahami oleh setiap orang yang mendengarnya. Meskipun kata “haqqun” dibuang namun orang-orang musyrik jahiliyyah dahulu telah memahami bahwa ada satu kata yang dibuang (yaitu haqqun) dengan hanya mendengar Laa ilaha illallah. Karena bagaimanapun orang-orang musyrik jahiliyyah adalah masyarakat yang fasih dalam bahasa arab. (lihat Attauhid hal 77-78)
Demikian pembahasan tentang makna yang benar dari kalimat tauhid. Semoga dengan pembahasan yang singkat ini dapat mengangkat sedikit diantara kebodohan diri kita tentang agama yang mulia ini. Dan sungguh, memahami kalimat tauhid merupakan salah satu nikmat Allah yang sangat besar bagi hambanya. Sufyan bin Uyainah rahimahullah ta’ala berkata “tidaklah Allah memberikan nikmat kepada seorang hamba dengan suatu nikmat yang lebih agung dari nikmat diberikan pemahaman terhadap kalimat laa ilaha illallah” .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar