Halaman

Kamis, 06 Desember 2012

MENJAWAB TUDUHAN DUSTA TERHADAP ULAMA AHLUS SUNNAH SEPUTAR ZIARAH KUBUR RASULULLAH SHALLALLAHU’ALAIHI WA SALLAM

MENJAWAB TUDUHAN DUSTA TERHADAP ULAMA AHLUS SUNNAH SEPUTAR ZIARAH KUBUR RASULULLAH SHALLALLAHU’ALAIHI WA SALLAM
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kuburan
Pertanyaan:
Ulama salafi wahabi, mantan mufti Kerajaan Saudi Arabia telah berani mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan hadis Nabi dan ijma’ ulama kaum muslimin. Bin Baz mengatakan: Haram melakukan perjalanan (musafir) untuk menziarahi makam Rasulullah, walaupun bagi mereka yang sedang mengerjakan haji dan jauh dari Madinah. Lihat buku Ibnu Baz yang berjudul at-Tahqiq wa al-Idhah li Katsirin min Masa’il il-Haj wa Umrah wa az-Ziyarah, karangan Abdul Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz, halaman 88,90,98.
Padahal, sebagaimana kita ketahui bersama, ziarah ke makam Rasulullah bukan hanya boleh, bahkan sangat di anjurkan bagi yang mampu pergi kesana. Lihatlah sabda Rasulullah,
من جاءني زائرا لايهمه الا زيارتي كان حقا علي ان اكون له شفيعا
“Barang siapa yang datang menziarahiku dan tidaklah dia niatkan kecuali menziarahiku, sesungguhnya dia berhak mendapat syafa’atku.” (HR. Thabrani)
Tolong ditanggapi.
 Jawaban:
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah dalam kitabnya At-Tahqiq wal Idhah li Katsirin min Masaailil Haj wal ‘Umroh berkata,
ليست زيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم واجبة ولا شرطا في الحج كما يظنه بعض العامة وأشباههم ، بل هي مستحبة في حق من زار مسجد الرسول صلى الله عليه وسلم أو كان قريبا منه .
أما البعيد عن المدينة فليس له شد الرحل لقصد زيارة القبر ، ولكن يسن له شد الرحل لقصد المسجد الشريف ، فإذا وصله زار القبر الشريف وقبر الصاحبين ، ودخلت الزيارة لقبرهعليه الصلاة والسلام وقبري صاحبيه تبعا لزيارة مسجده صلى الله عليه وسلم ، وذلك لما ثبت في الصحيحين ، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : « لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد : المسجد الحرام ، ومسجدي هذا ، والمسجد الأقصى »
“Ziarah kubur Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bukan kewajiban ataupun syarat dalam ibadah haji seperti yang disangka oleh sebagian orang awam dan yang semisal dengan mereka, akan tetapi ziarah ke kubur Nabi shallallahu’alaihi wa sallam itu DISUNNAHKAN BAGI ORANG YANG MENDATANGI MASJID BELIAU SHALLALLAHU’ALAIHI WA SALLAM ATAU SUDAH DEKAT DENGANNYA.
Adapun orang yang jauh dari kota Madinah, maka tidak disyari’atkan baginya untuk bersusah payah melakukan perjalanan dengan maksud berziarah kubur, tetapi disunnahkan baginya melakukan itu dengan maksud mengunjungi masjid Nabawi, jika dia telah sampai di masjid Nabawi barulah disunnahkan baginya berziarah ke kuburan beliau dan dua sahabatnya (Abu Bakar dan Umar), maka ketika itu ziarah ke kuburan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam masuk dalam ziarah ke masjid beliau. Dan dilarangnya bersusah payah melakukan perjalanan untuk ziarah ke kuburan beliau karena adanya sebuah hadits dalam As-Shahihain, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِى هَذَا وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Tidak boleh bersusah payah melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid; masjidil Haram, masjid Nabawi dan masjid Al-Aqsho” [HR. Al-Bukhari dalam Kitab Haji, Bab Hajinya Wanita, no. 1864 dan Muslim dalam Bab Larangan Bersusah Payah Melakukan Perjalanan (Ibadah) Kecuali ke Tiga Masjid, no. 1397].“
[Lihat Kitab At-Tahqiq wal Idhah li Katsirin min Masaailil Haj wal ‘Umroh,Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah, dengan tahqiq Syaikh Dr. Shalih bin Muqbil Al-‘Ushaimi hafizhahullah, hal. 250-252, lihat juga buku kami SALAFI, ANTARA TUDUHAN dan KENYATAAN, hal. 141, cetakan ke-3 Shafar 1433 H]
Jelas dari fatwa di atas, beliau tidak mengharamkan semua bentuk ziarah, yang beliau haramkan hanyalah cara berziarah yang menyelisihi dalil, dan nampak jelas fatwa beliau berdasarkan dalil dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, bukan mengada-ada dalam agama sebagaimana yang dilakukan oleh ahlul bid’ah wal furqoh.
Adapun hadits Ath-Thobrani yang disebutkan dalam pertanyaan, tidak shahih karena ada rawi yang bernama Muslim bin Salim Al-Juhani yang dha’if, berkata Abu Daud:“Dia tidak terpercaya.” [Lihat Silsilah Adh-Dha’ifah, no. 5732]
Andaikan haditsnya shahih sekalipun maka maknanya masih umum, yaitu tentang keutamaan berziarah, bukan menjelaskan tentang cara berziarah. Sedangkan dalam fatwa Syaikh Bin Baz rahimahullah, beliau mengutip hadits Al-Bukhari dan Muslim yang menjelaskan salah satu bentuk cara berziarah yang dilarang adalah melakukan perjalanan (safar) untuk berziarah kubur, bukan larangan berziarah secara mutlak.
Juga tidak terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat melakukan perjalanan jauh (safar) untuk berziarah kubur, berarti melakukannya termasuk bid’ah, mengada-ada dalam agama. Sekali lagi, bid’ahnya adalah pada safar dengan niat ziarah, bukan pada ziarahnya.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar