Halaman

Minggu, 21 Juli 2013

Kisah yang akan selalu ada dalam menempuh jalan kebenaran (Bag.1)

Kisah yang akan selalu ada dalam menempuh jalan kebenaran (Bag.1)

SEBUAH KABAR GEMBIRA DAN KAROMAH
YANG TERJADI PADA PARA SYUHADA [¹]
DI DARUL HADITS DAMMAJ

Ditulis oleh :
Abu ‘Ali Abdulloh bin ‘Ali al Liibiy
Alih bahasa dan catatan kaki :
Abu Mas’ud Samsul Arifin bin Tohir al Jawiy
-semoga Alloh mengampuni mereka-
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله.
﴿ أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾[آل عمران/102]
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾ [النساء/1]
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾ [الأحزاب/70، 71]
أما بعد: فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ وشر الأمور محدثاتُها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al Qur’an :
وَمَا جَعَلَهُ اللّهُ إِلاَّ بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِندِ اللّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Dan Alloh tidak menjadikannya (pemberian bala bantuan) melainkan sebagai khabar gembira bagi kalian dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenangan itu hanyalah dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali ‘Imron;126)
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Robbnya dengan mendapat rizki.” (Ali ‘Imron;169)
وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبيلِ اللّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاء وَلَكِن لاَّ تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kalian mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Alloh, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya.”(Al-Baqarah: 154)
Dan dari kabar gembira ini, adalah apa yang terjadi pada saudara-saudara kami yang telah terbunuh di jalan Alloh subhanahu wa ta’ala di tangan orang-orang zindiq Rofidhoh dimasa pemboikotan yang keji (yang dilakukan Rofidhoh) terhadap Daarul Hadits di Dammaj. Yang padanya (pemboikotan itu)  mereka menyajikannya dengan cara mensniper (tembakan jarak jauh) dan ledakan yang dasyat dengan meriam juga dari semua jenis senjata berat, menengah dan yang ringan, (semuanya) diarahkan kepada para penuntut ilmu (Daarul Hadist Dammaj). Dan korban yang meninggal sekitar lebih dari 70 orang, yang mereka itu dari (kalangan) para da’i dan para penghafal Al Qur’an dan sunnah. Dan kami, demi Alloh, sebagaimana persangkaan kami bahwa mereka mati dijalan Alloh. Dan kami tidak merasa ragu dalam hal ini. Bahkan kami menganggap mereka sebagai syuhada’ –  في ما نحسبهم والله حسبهم – [2].
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو t، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ r  يَقُولُ: «مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ». متفق عليه.
Dan dari Abdulloh bin ‘Amr t dia berkata : Aku mendengar Nabi  shallalahu ‘alayhi wasallam berkata :“Barang siapa yang dibunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia syahid”.[hadits riwayat Bukhori-Muslim]
Lalu bagaimana dengan yang dibunuh karena (mempertahankan) harta dan kehormatan serta membela agamanya? Dan dalam hal ini (yakni jenazah) mereka tidak dimandikan dan tidak pula disholatkan bahkan dikafani (dalam keadaan) darah masih menetes (dari luka mereka). Bersamaan dengan sniper yang siap mengintai dari segala penjuru di hari itu, tidak  memungkinkan bagi kami untuk mengubur mereka di pemakaman umum. Dan akhirnya merekapun dikubur di pekarangan sempit yang terletak di antara rumah-rumah. Karena sempitnya tempat, kamipun mengubur mereka di setiap liang lahat dua jenazah[3].
Setelah berlalu satu tahun setengah, Dammaj diguyur hujan deras[4] sampai-sampai sebagian rumah roboh karenanya, dan sebagiannya rusak. Rumah yang tercermin padanya ketawadhu’an, karena sebagian besar rumah (di Dammaj) terbuat dari tanah. Nah, di tengah-tengah para tullabul ilmi sedang sibuk memperbaiki rumah mereka. Tanpa disadari pemakaman syuhada’ –في ما نحسبهم والله حسبهم- kemasukan air, dan di sekeliling makam dibangun tembok yang mengakibatkan genangan air tidak bisa dialirkan keluar. Sehingga merusak dan membuat longsor beberapa makam. Kejadian ini pada hari sabtu 15 Jumadil akhir 1434 Hijriah.
Kemudian beberapa ikhwan mengadukan hal ini kepada Syaikh Yahya hafidhohulloh. Beliaupun memerintahkan untuk memindah jasad para syuhada’ – في ما نحسبهم والله حسبهم – kepemakaman baru yang tanahnya telah diwaqofkan oleh sebagian ahlul bilad (penduduk asli Dammaj) setelah mengetahui makam yang lama telah mengalami kerusakan karena hujan lebat, semoga Alloh  subhanahu wa ta’ala membalas kebaikannya.
Sebagian ikhwan memulai penggalian untuk menyiapkan pemakaman baru. Dan sebagian yang lain mengeluarkan jasad dari kubur dan mendahulukan kubur yang rusak karena kemasukan air. Dari sinilah mulai tampak kabar gembira dan karomah tersebut. Alloh  subhanahu wa ta’alaberfirman :
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Apakah tidak cukup bahwa Sesungguhnya Robbmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushshilat:53)
Dan dari jasad yang dikeluarkan salah satunya adalah Toha Liiby (asal Libia) rohimahulloh, dan (didapati) masih ada darahnya yang menetes. Dan Abu Hafsh al Iroqy (berasal dari Irak) ­rohimahulloh, dia tampak seperti biasa seakan-akan dia baru dikubur kemarin, kecuali sedikit dibagian hidungnya (ada perubahan). Dan tidak tercium bau busuk dari mereka juga tidak didapati belatung, subhanalloh. Bahkan kain kafan serta baju mereka belum usang[5]. Dan sebanyak 11 jasad selesai diangkat pada hari pertama, salah satunya adalah jasad bayi. Dan jasad mereka diletakkan di musholla dekat pemakaman baru[6]. Dan orang-orangpun menyambut mereka dengan memanjatkan do’a ampunan serta rohmah bagi mereka. Orang-orang merasa senang dan gembira setelah melihat sendiri dan menyaksikan sebuah berita gembira dan karomah ini. Sebagaimana yang Alloh subhanahu wa ta’ala firmankan dalam Al Qur’an:
قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: “Dengan karunia Alloh dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira, (karunia Alloh dan rahmat-Nya) itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Yunus: 58)
Setelah selesai dan liang lahat sudah siap, kamipun mulai mengubur jasad mereka. Dan (kami jadikan) satu liang lahat untuk satu jasad. Pada waktu itu perhatianku lebih tertuju pada jasad bayi kecil yang dia adalah anak perempuannya akh Hasan al Indonesy (asal Indonesia), yang mana bayi tersebut meninggal dalam keadaan masih di perut ibunya beberapa hari setelah dibukanya jalan (pemboikotan). Yang mana ketika masa-masa pemboikotan (yang dilakukan oleh Rofidhoh) orang-orang ditimpa kelaparan yang sangat[7]. Dan umur bayi itu adalah 9 bulan. Diapun berada di tanganku, ketika aku ingin meletakkannya di liang lahat dan menghadapkannya ke kiblat, akupun tidak tahu di sisi mana kepalanya. Dan kuletakkan tanganku sambil mencari disisi mana letak kepalanya. Dan ternyata kakinya masih menyatu dan akupun berusaha meraba jari-jari kakinya serta tangannya ternyata masih lengkap dan dagingnya masih terasa, dan Alloh  subhanahu wa ta’ala lah yang menjadi saksi atas hal itu.
Dan di hari kedua yakni hari ahad 11 jumadil akhir 1434 Hijriyah, kabar sudah menyebar dari dalam dan luar, tersebar dengan perantara  media saat ini. Beberapa ikhwan mulai bekerja untuk menggali dan menyiapkan sisa makam (untuk jasad yang belum dipindah) di pemakaman yang baru. Kemudian kamipun menuju kepemakaman syuhada’ – في ما نحسبهم والله حسبهم- satu jam sebelum sholat dzuhur dan penggalian makam secara tertib satu persatu. Dan kami bersabar karena orang-orang penuh sesak dan juga banyak yang berdatangan menuju kami dari segala arah. Dan beberapa ikhwan dibagi (menjadi beberapa kelompok) untuk penggalian makam. Setelah penggalian aku dan akh Yahya al Baidhoni turun ke makam untuk mengangkat kayu penyangga liang lahat dan mengeluarkan jenazah. Ketika kayu sudah kuangkat dan sebagian tanah disekelilingnya, akh Yahya berbincang denganku dan memberi isyarat kepada yang lain, lalu berkata kepadaku :”baca!”. Kuarahkan pandanganku kekafan yang dia isyaratkan, akupun membacanya, masih tertulis dengan jelas ” هشام الماليزي” (yakni: Hisyam asal Malaysia)[8].
Dan disebelahnya pada makam yang sama adalah Ahmad al Amiriky rohimahulloh (asal Amerika), yang keduanya tampak seperti orang lagi tidur. Dan kubuka wajah keduanya, dan terlihat masih dalam keadaan baik (tidak banyak perubahan). Dan tidak kami dapati pada keduanya bau busuk tidak pula belatung atau sesuatu dari keduanya. Kemudian kami berusaha mengeluarkan keduanya dari liang lahat. Dan Hisyam al Maalizy rohimahulloh masih dalam kondisinya yang gemuk[9].
Ketika dikumandangkan adzan ‘Ashar, kamipun pergi untuk sholat. Setelah selesai kami kembali kemakam untuk melanjutkan penggalian liang lahat yang masih tersisa. Dan kami menuju makam akh Ahmad al Fazaany al Liiby (asal Libia) rohimahulloh. Dan di sebelahnya pada liang lahat yang sama adalah Sufyan al Faronsy (asal Perancis) rohimahulloh. Yang keduanya ketika masa jihad di Dammaj terbunuh di malam yang sama. Kamipun menggali makamnya dan kami angkat kayu penutup liang lahat, dan kami dapati kain kafannya masih bersih. Akupun berkata kepada akh ‘Amir al Liiby hafidhohulloh : “Buka wajah Sufyan dan lihat bagaimana keadaannya!”
Dan ketika dibuka, akh ‘Amir berkata : “Daging wajahnya masih ada!”. Kemudian dia membuka wajah Ahmad al Liiby dan diapun berkata seperti itu, lalu kamipun bertakbir. Dan aku berkata : “Alhamdulillah”, masih dalam kondisi ini dan keduanya tetap di liang lahat. Karena kami khawatir jika kami keluarkan jasad keduanya, orang-orang akan protes pada kami karena semuanya (orang-orang) pada kesulitan dan berebut untuk melihat keduanya. Kemudian Aiman al Liiby hafidhohulloh bertanya padaku : “Bagaimana keadaan keduanya?”. Akupun menjawab :”MasyaAlloh mereka dalam keadaan baik”. Diapun berkata :”Alhamdulillah, ini yang kita inginkan.”
Lalu kami keluarkan keduanya dari liang lahat, kami angkat dan membawa keduanya dengan tandu ke mobil (yakni mobil pick-up,pent) menuju pemakaman baru. Orang-orang di belakang kami seperti banjir sepanjang jalan menuju pemakaman baru. Ketika kami sampai di pemakaman baru Aiman al Liiby berkata :”Syaikh Yahya baru saja menelpon, beliau ingin melihat keduanya”. Kamipun mengarahkan keduanya dengan mobil menuju belakang rumah Syaikh Yahya hafidhohulloh. Dalam keadaan orang-orang masih tetap mengikuti kami dari belakang.
Setelah sampai, keluarlah para khurros (pengawal) Syaikh Yahya. Orang-orangpun berhenti setelah mengetahui Syaikh Yahya keluar. Dan mereka memberi jalan kepada Syaikh Yahya untuk melihat murid beliau (sebelum di makamkan). Dan beliaupun berhenti di jasad Sufyan rohimahulloh, dan beliau langsung mengenalinya dan melihatnya dengan seksama. Kemudian beliau berpaling menuju mobil yang lain yang membawa jasad Ahmad al Liiby rohimahulloh. Lalu beliau melihat jasadnya, dan kuletakkan tanganku pada wajah Ahmad rohimahulloh kutunjukkan rambut, kepala serta jenggot dan telinganya. Dan Syaikh Yahyapun memandangnya dengan wajah yang tampak gembira dengan apa yang telah beliau lihat dan berkata : “Jazakumulloh khoiron, bersegeralah mengubur mereka!”.
Kemudian ketika kami ingin bergegas menuju pemakaman, kamipun kesulitan untuk berjalan karena manusia penuh sesak. Dan  tidaklah kami bisa keluar kecuali dengan bersusah payah, kamipun menuju pemakaman baru. Ketika itu, perjalanan dengan mobil terasa lebih jauh daripada perjalanan dengan jalan kaki (karena banyaknya manusia). Dan tidaklah kami sampai di pemakaman baru kecuali orang-orang sudah menunggu kedatangan kami. ketika mobil berhenti dekat pemakaman baru, di sana keinginan orang-orang sudah memuncak untuk dapat melihat jasad keduanya. Dan tampak terlihat dari mereka seakan-akan mereka berkata: “Janganlah kalian menghalangi kami untuk melihat jasad saudara kami!”. Merekapun saling berdesakan di sekeliling mobil, dan sama sekali tidak ada jalan untuk membawa keduanya ke liang lahat. Ikhwan-ikhwanpun berdiri di sekeliling mobil dan menghalangi menusia agar tidak naik ke atas mobil. Kamipun mengangkat jasad Sufyan rohimahulloh di atas tandu setinggi pinggang agar orang-orang bisa melihatnya dengan jelas. Ketika orang-orang melihatnya, merekapun mengenalinya dan berkata: “Ini Sufyan !”. Lalu kami angkat jasad Ahmad rohimahulloh sebagaimana yang pertama tadi. Orang-orangpun melihatnya dan berkata :”Ini Ahmad!”. Dan padanya (kejadian ini) tergambarlah  kegembiraan mereka dan ketenangan hati di  kejadian yang penuh kebaikan ini. Dan benarlah apa yang Alloh  subhanahu wa ta’ala firmankan :
وَمَا جَعَلَهُ اللّهُ إِلاَّ بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِندِ اللّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Dan Alloh tidak menjadikannya (pemberian bala bantuan itu) melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 
(Ali ‘Imran : 126)
Dan setelah itu kami menurunkan keduanya dari mobil dan orang-orangpun memberi jalan. Ikhwan-ikhwan menurunkan jasad Sufyan ke liang lahat, dan aku menurunkan jasad Ahmad ke liang lahat. Kemudian aku menguburnya dengan tanah dan yang bersamaku saat itu adalah ‘Amir al Liiby dan Faishol al Jazaairy (asal Al Jazair) serta Mukhtar al Habasyi (asal Etiopia) juga yang lainnya dari beberapaikhwan, bertepatan sebelum terbenamnya matahari hari Ahad 11 Jumadil Akhir 1434 Hijriah. Kemudian sebagian besar ikhwan-ikhwan sholat Maghrib dekat pemakaman baru. Akupun pulang dan pergi ke masjid Markiz, dan masih mendapati roka’at pertama dengan Syaikh Ahmad al Wushobi[10]hafidhohulloh yang ketika itu beliau membaca surat al A’rof seluruhnya dalam sholat maghrib[11].
Dan pada hari ini senin 12 Jumadil akhir 1434 Hijriyah, ikhwan-ikhwan bergegas ke pemakaman baru untuk menggali dan menyiapkan liang lahat untuk jasad yang masih tersisa. Pada hari ini orang-orang banyak berdatangan dari luar kota seperti dari Son’a, Ma’bar, ‘Amron, dan dari tempat yang lainnya. Dan kami melihat orang-orang sudah berkumpul ramai sekali, mereka duduk-duduk di pemakaman baru menunggu datangnya jasad para syuhada’ – في ما نحسبهم والله حسبهم -. Lalu ikhwan-ikhwanberpindah ke makam lama untuk mengeluarkan sebagian jasad yang tersisa. Dan dikeluarkanlah sejumlah jasad, yang salah satunya adalah Saif al ‘Uudiy rohimahulloh (asal kota Ibb yaman). Ketika itu aku di sampingnya dan orang-orang berdesakan, kulihat seorang yang datang di antara kerumunan manusia sampai dia mendekat padaku dan berkata : “ya akhi, aku ingin melihatnya!”. Dan akupun paham kalau dia datang dari luar kota, dan kutanya dia: “Siapa kamu?”. Dia jawab : “Aku pejabat fulan” (yakni; namanya sengaja kusimpan). Akupun membuka (kafan) untuknya, setelah dia amati (jenazah Saif) dan dia lihat tidak ada perubahan kecuali sedikit bahkan jenggot Saif masih ada, orang inipun keheranan dan meletakkan tangannya di atas jasad dan memegang jenggot Saif rohimahulloh kemudian dia mencium tangannya dan tidak didapatinya bau, dan sepertinya dia ahli dalam hal ini, diapun berkata :”Yaa Subhanalloh!”. Akupun merasa bahwa dia terbetik sesuatu di relung hatinya. Setelah hendak beranjak pergi, akupun berkata padanya :”Sebarkan apa yang kau lihat!”. Diapun menjawab:” Ya, dengan senang hati! Ini untukku insyaAlloh!”.
Dan juga Abdurrohman al Ameriky rohimahulloh (asal Amerika) warna jenggotnya masih tetap kuning. Begitu pula pemuda yang pemberani Abdulloh al Mursyidi al Hadromy rohimahulloh (asal kota Hadromaut) tidak banyak mengalami perubahan. Dan yang lainnya rohimahumulloh jami’an.[12]
Dan kami patut berterima kasih kepada ikhwan-ikhwan yang membantu menertibkan orang-orang dan menjadikan mereka dua baris di kiri dan di kanan sepanjang jalan mulai dari pemakaman baru sampai puskesmas Dammaj. Dan mobil-mobil (yakni mobil pick-up) yang mengangkut jasad syuhada’ – في ما نحسبهم والله حسبهم- berjalan dengan sangat pelan ditengah-tengah barisan tadi sehingga orang-orang bisa melihat dengan mudah dan leluasa. Dan tetap kondisi seperti ini sampai kami tenang dalam mengeluarkan dan memindahkan jasad mereka semuanya kepemakaman baru.
Kemudian datang waktu sholat Mahgrib, orang-orangpun pergi sholat. Tinggal aku dan Aiman al Liiby dan Abu Arqom Muhammad as Sudany (asal Sudan) berjaga-jaga di pemakaman, lalu kamipun sholat Maghrib di sekitar pemakaman. Lalu kami kembali ke pemakaman dan masih tersisa satu makam yang terletak dipinggiran yang sempit. Beberapa ikhwanpun menggalinya dengan hati-hati sampai mendapati liang lahat, yang ternyata dalamnya jasad anak kecil. Akupun mengambilnya, disampingnya terdapat kantong plastik putih tipis yang dalamnya ada gumpalan daging dan darah berwarna merah yang masih basah. Setelah kulihat ternyata isinya adalah janin yang kelihatan seperti masih baru. Dan salah satuikhwan meletakkan sorban diatasnya, lalu akupun membungkus keduanya (anak kecil dan janin tersebut) dengannya. Kemudian kami pergi kepemakaman baru, namun disana tidak ada makam yang cocok ukurannya untuk janin tersebut. Akhirnya beberapa ikhwanpun menggali liang lahat berukuran kecil. Kamipun mengubur keduanya diliang lahat itu, dan itu kami lakukan setelah sholat isya’, setelah itu kami pulang.
Dan ta’awun ini dilakukan mulai pagi hari sampai setelah maghrib dan memakan waktu sekitar 3 hari. Adapun beberapa ikhwan meneruskan kerja bakti setelahnya untuk membuat tembok keliling pemakaman baru.
Kami memohon kepada Alloh  subhanahu wa ta’ala dengan karunia-Nya dan kemuliaan-Nya serta kemurahan-Nya juga kebaikan-Nya untuk merohmati saudara-saudara kita yang mendahului kita. Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala mengampuni mereka dan kita semua serta mengumpulkan kita dengan mereka di surga-Nya yang penuh kenikmatan bersama para Nabi dan shiddiqin juga para syuhada’ dan orang-orang yang sholeh.[13]
Di tulis oleh:
Abu ‘Ali Abdulloh bin ‘Ali bin Daabiy al Liiby

Berdasarkan dugaan kami. Dan Alloh sajalah yang menilai mereka.  [1]
Syaikh Yahya hafidhohulloh ditanya :”Bagaimana dengan kebenaran dari perkataan bahwa ihkwan-ikhwan  yang meninggal ketika jihad di Dammaj mereka adalah syuhada’?”
Jawaban Syaikh Yahya hafidhohulloh : “Memutlakkan hukum dengan mengatakan fulan syahid tanpa mengatakan – في ما نحسبهم والله حسبهم – (sebagaimana persangkaan kita terhadap mereka, dan cukup Alloh sebagai pencatat amalan mereka), seperti memutlakkan mereka sebagai ahli surga. Dan memastikan seseorang masuk surga harus didasari oleh dalil karena yang demikian itu  merupakan perkara yang ghoib. Tidak boleh seseorang memastikan fulan termasuk ahli surga atau ahli neraka kecuali harus didasari oleh dalil. Dan seharusnya mengatakan: “Kita mengaharap mereka   sebagai syuhada’, atau kita mengharapkan semoga mereka syahid insyaAlloh. Lihat kitab fatul baari syarh  Shohih Bukhori pada bab : Jangan Mengatakan Fulan Syahid. [Dars ba'da Maghrib, malam kamis tanggal 15 Jumadil akhir 1434 Hijriyah]
[3] Yakni hal ini dilakukan sebagai bentuk pengamalan sunnah, sebagaimana dalam Hadits Jabir bin Abdillah t yang di riwayatkan oleh imam Bukhori.
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما: أن رسول الله r كان يجمع بين الرجلين من قتلى أحد في ثوب واحد. ثم يقول :أيهم أكثر أخدا للقرآن ؟ فإذا أشير له إلى أحدهما قدّمه في اللحد، وقال :أناشاهد على هؤلئك يومالقيامة.وأمر بدفنهم بدمائهم ولم يصلي عليهم ولم يغسلهم.
Dari Jabir bin Abdullah rodhiallohu ‘anhuma, sesungguhnya Rosululloh shallallahu ‘alayhi wasallammengumpulkan dua orang dari korban perang Uhud dalam satu tempat (yakni tiap liang lahat dua orang). Kemudian beliau berkata : “Mana dari keduanya yang banyak mengambil Alqur’an (yakni banyak hapalannya)?”. Ketika ditunjukkan pada beliau shallallahu ‘alayhi wasallam salah satu dari keduanya, maka mendahulukannya di liang lahat. Dan beliau shallallahu ‘alayhi wasallam berkata :“Aku akan menjadi saksi atas mereka nanti di hari kiamat”. Dan beliau shallallahu ‘alayhi wasallam memerintahkan untuk mengubur bersamaan dengan darah mereka, juga tidak mensholati serta memandikan mereka.
[4] Hal ini setelah dilakukan do’a istisqo’ oleh Syaikh Abdul Kholiq al Wushoby ketika beliau khutbah jum’at di masjid markiz Dammaj. Selang beberapa hari kemudian, Alloh  subhanahu wa ta’alamenurunkan hujan lebat sampai-sampai terjadi banjir beberapa kali.
[5] Yakni mengalami perubahan warna karena terkena lumpur, tetapi tidak lapuk. Padahal kita jumpai kayu penutup liang lahat sudah banyak yang lapuk.
[6] Karena pemakaman baru belum selesai digali sementara 11 jasad syuhada’ –في ما نحسبهم والله حسبهم –sudah dikeluarkan, sambil menunggu selesai penggalian, jasad merekapun diletakkan dimusholla tersebut.
[7] Karena tidak ada makanan yang layak untuk dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui di masa musim dingin yang menusuk.
[8] Ketika masa jihad di Dammaj, ikhwan-ikhwan yang meninggal kain kafannya sengaja ditulis nama dan asal Negara. Dan hal itu atas sepengetahuan Syaikh Abdul Wahhab as samiry selaku Qodhi di Dammaj, beliau juga mencatat data-data korban secara lengkap sesuai paspor.
[9] Abu Adam al Maalizy hafidohulloh (beliau adalah kakak ipar dari Hisyam rohimahulloh) mengkisahkan apa yang beliau dan keluarganya saksikan tentang jasad Hisyam rohimahulloh.
Pada hari Senin 12 jumadil akhir 1434 H (karena yang benar kejadian diangkatnya jasad Hisyam pada hari senin bukan hari Ahad seperti yang disebut penulis). Kami sekeluarga diberi nikmat yang tidak terkira oleh Alloh  subhanahu wa ta’ala . Yakni kami diberi kesempatan bisa melihat jasad Hisyamrohimahulloh setelah hampir 5 tahun tidak berjumpa. Subhaanalloh, jasadnya masih utuh tinggi dan besar. Rambutnya terlihat masih hitam, matanya sedikit terbuka sehingga terlihat putih. Dia seakan tersenyum sehingga terlihat giginya yang putih, badannya masih terasa lembut. Bajunya masih bagus dan kain kafannya agak berubah kekuningan tapi masih bagus dan tertulis هشام المالزي .
Tiga pekan sebelum melihat Hisyam kami sekeluarga menyempatkan untuk berziarah kepemakaman syuhada’ –في ما نحسبهم والله حسبهم – untuk yang pertama kalinya setelah 10 bulan di Dammaj. Akupun (yakni istri Abu Adam selaku kakak kandung Hisyam) memberi salam kepada ahlul kubur, tak terasa air mata menetes sambil kupanjatkan do’a : “Ya Alloh aku mohon pada-Mu satukanlah aku dan adikku di dunia dan di akherat. Serta, berilah aku rizki untuk berjumpa dengan adikku, ya Robbi kabulkanlah do’aku”. Dan dikebanyakan waktu mustajabah aku berdo’a kepada Alloh  subhanahu wa ta’ala . Walaupun terdetik dihati ini tidaklah mungkin hal itu tercapai karena Hisyam sudah meninggal dan dikubur, bagaimana aku bisa berjumpa dengannya. Dan memang Alloh  subhanahu wa ta’ala benar-benar mengabulkan do’aku. Dan sungguh Alloh  subhanahu wa ta’ala kabulkan apa yang Hisyamrohimahulloh katakan, ketika dia dalam kondisi cedera parah di gunung Barroqoh (ketika serangan 1 Muharrom 1433 H). Dia SMS dan mengatakan bahwa dia dalam kondisi cedera. Akupun menelponnya (dari Malaysia), dan diapun berkata dan meminta maaf serta minta untuk menghalalkan semuanya. Dan berkata :”InsyaAlloh kita akan jumpa kak, InsyaAlloh kita akan jumpa kak!”. Dan Alhamdulillah Allohsubhanahu wa ta’ala telah mempertemukan kami.
[10] Beliau adalah Imam rowatib masjid Markiz Dammaj, yang diberi wasiat oleh Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’I rohimahulloh untuk mengurusi segala sarana dan keperluan tullabul ilmi di Markiz Daarul Hadist Dammaj.
[11] Hal ini merupakan upaya pengamalan sunnah, sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam an Nasa’I yang dishohihkan oleh syaikh Albani :
عن عائشة  ك أن رسول الله r :قرأ في صلاة المغرب بسورة الأعراف فرقها في ركعتين .
“Dari Aisyah radhiyallaohu ‘anha : Sesungguhnya Rosululloh shallallahu ‘alayhi wasallam ketika sholat Maghrib membaca surat al A’rof, dan membaginya (dibaca) dalam dua rokaat.”
[12] Dan dari jasad para syuhada’ – في ما نحسبهم والله حسبهم- saudara-saudara kita asal Indonesiarohimahumulloh jami’an seperti :
  • Muhammad Amin asal Ambon rohimahulloh.
Berkata Iqbal asal Ambon hafidhohulloh (adik kandung Muhammad Amin) : ” Ketika aku mengambil jasad kakakku dari liang lahat yang dibantu beberapa ikhwan Indonesia dan Aljazair. Aku rasakan berat badan kakakku masih terasa berat. Juga ketika mengangkat  tandu menuju ke mobil yang mengangkut kepemakaman baru, aku dibantu beberapa ikhwan. Dan Abu Yusuf asal Ambon hafidhohulloh sempat memegang belakang kepala sampai sepanjang daerah tulang belakang (punggung) dan dia rasakan masih ada kulitnya. Dalam perjalanan menuju kepemakaman  baru, aku dan beberapa ikhwan Indonesia ikut naik mobil yang mengangkut jasad kakakku. Lalu Ustman asal Makassar berkata kepadaku :”Coba buka kafannya!”. Lalu diapun membuka sendiri kain kafan kakakku, dan aku melihat rambutnya masih ada dan kulit dikeningnya masih ada.
Dan aku teringat dulu ketika kakakku meninggal, kuamati kaki pada bagian lututnya tidak bisa diluruskan (bengkok yang kemungkinan akibat jatuh beberapa meter dari ketinggian tebing gunung Barroqo). Namun ketika kuangkat dari liang lahat, kuperhatikan lututnya lurus. Wallohu a’lam.
  • Adam asal Ambon rohimahulloh.
Berkata Akh Adib asal Jakarta hafidhohulloh:” Ketika aku mengeluarkan Adam rohimahulloh dari liang lahat bersama beberapa ikhwan asal Perancis, kita saling ta’awun dengan mereka karena disatu liang lahat selain Adam ada juga Hamzah faronsy (asal Perancis) rohimahumullohAlhamdulillah, aku sempat lihat wajah Adam yang memang sudah ada perubahan, karena ketika meninggal dia termasuk yang jenazahnya di siram air aki oleh Rofidhoh (ini termasuk salah satu kebiadaban Rofidhoh menyiksa orang yang sudah meninggal). Tapi aku dapati jenggotnya masih ada. Lalu kita bawa jasadnya ke pemakaman baru yang disana sudah ada dua orang Yaman yang membatu memasukkan jasad Adam keliang lahat. Lalu orang ini bersaksi bahwa ada bekas darah dibajunya yang darah itu adalah darahnya AdamrohimahullohWallohu a’lam. Dan hal ini juga disaksikan pula oleh Iqbal asal Ambon.
  • Abu Haidar Abdulloh asal Aceh rohimahulloh.
Abu  Ihsan asal Makassar hafidhohulloh berkata : “Jasad Abu Haidar masih tampak berat ketika diangkat dari liang lahat, dan postur tubuhnya masih belum mengalami perubahan yang berarti, kecuali disebagian wajahnya”. Dan hal ini juga dikemukakan oleh Ridwan asal Makassar.
  • Sholeh asal Medan rohimahulloh.
Berkata Ridwan asal Makassar hafidhohulloh :”Ketika aku diatas mobil pick-up yang membawa jasad Sholeh rohimahulloh untuk dipindahkan kepemakaman baru. Syaikh Abdul Wahhab as Samiry menyuruhku untuk membuka wajah Sholeh rohimahulloh.  Ketika aku melihat wajahnya,  kudapati wajahnya tidak jauh beda ketika sebelum dikubur dan kulit wajahnya masih ada kecuali disebagian hidungnya. Sebagian tanah membekas dikulit wajahnya  sebab hujan yang menggenangi makam. Dan ini juga disaksikan beberapa ikhwan yang berada diatas mobil tersebut.
Dan Adib hafidhohulloh asal Jakarta berkata: “Ketika aku ta’awun memasukkan jasad Sholehrohimahulloh keliang lahat yang memang ukurannya kecil. Sebagian ikhwan-ikhwan Indonesia sudah mengelilingi liang lahat untuk melihat. Ana buka kain kafannya karena permintaan beberapa ikhwanIndonesia yang ingin melihat yang terakhir kalinya sebelum dimakamkan. Dan ana lihat jenggotnya masih ada.
Begitu pula Abu Yahya asal Makassar hafidhohulloh yang beliau bersama Sa’id asal Banyuwangihafidhohulloh dan beberapa ikhwan Indonesia berusaha menggali sebagian potongan tubuh Sholehrohimahulloh yang dikubur terpisah. Menjelang larut malam baru ditemukan potongan tubuh tersebut dan masih terbungkus kantong plastik, dan beratnya masih terasa.
  • Abdul Ghofur asal Lumajang rohimahulloh.
Berkata Rofi’iy asal Lamongan hafidhohulloh: “Aku sempat menyaksikan jasad Abdul Ghofur rohimahullohketika diangkat dari liang lahat dan ketika dikubur di pemakaman baru. Cuma kain kafannya tidak sempat dibuka dan langsung dikubur. Tapi Alhamdulillah aku sempat memegang jasadnya dari balik kafan, dan aku rasakan seakan kulit dan dagingnya masih ada serta postur tubuhnya masih belum mengalami perubahan yang berarti”. Wallohu a’lam.
Jasad perempuan dammajiyah (penduduk asli Dammaj ) yang ditembak oleh Rofidhoh ketika masa jihad di Dammaj.
Berkata Ridwan asal Makassar hafidhohulloh tentang jasad wanita yang terbunuh ketika masa jihad di Dammaj :” Setelah pemindahan jasad seorang wanita yang terbunuh ketika masa jihad di Dammaj. Kami dapati di tandu untuk mengangkat jasad tersebut darah yang masih segar. Dan ini disaksikan oleh puluhan tullabul ilmi dan orang awam. Bahkan sebagian mereka mengambil tissue untuk memastikan kebenaran darah itu, dan ditempelkan pada kain selimut yang dijadikan alas dari jasad wanita tersebut. Dan memang benar bahwa itu adalah darah, lalu sebagian orang mengambil foto dari darah itu. Perempuan itu meninggal kurang lebih satu tahun setengah yang lalu tapi masih tetap mengeluarkan darah”. Subhanalloh.
[13] Alhamdulillah, selesai alih bahasa serta beberapa catatan kaki dari malzamah ini pada hari Sabtu 29 Rojab 1434 Hijriyah. Semoga Alloh  subhanahu wa ta’ala menggolongkan saudara-saudara kita termasuk orang-orang yang  Alloh  subhanahu wa ta’ala beli nyawa dan harta mereka dengan jannah. Sebagaimana dalam firman-Nya :
إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka ..” (At-Taubah:111)
Dan apa yang telah terjadi dari jasad mereka cukup sebagai bukti akan tanda-tanda kekuasaan Alloh subhanahu wa ta’ala dan kami meyakini hal ini adalah sebuah karomah yang Alloh tampakkan pada hamba-Nya yang sholeh. Syaikh Yahya hafidhohulloh ditanya :”Apakah jasad Syuhada’ yang tidak dimakan tanah termasuk sebuah karomah? Beliau jawab :”Ya, hal itu termasuk karomatul auliya’, karena mereka berjihad dijalan Alloh  subhanahu wa ta’ala “.[Dars ba'da maghrib, Ahad 11 Jumadil akhir 1434 H]
Jazakumullohu khoiron kepada semua pihak termasuk masyayikh dan tullabul ilmi serta ikhwan-ikhwanIndonesia yang ikut ta’awun dalam pemindahan jasad saudara-saudara kita para syuhada’-  - في ما نحسبهم والله حسبهم .
Semoga Alloh  subhanahu wa ta’ala mencatatnya sebagai amalan sholeh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar