Halaman

Minggu, 09 November 2014

BAB MEMANDANG DENGAN BERLEBIHAN


BAB MEMANDANG DENGAN BERLEBIHAN

diposting oleh webadmin pada 8/11/2014

Qutaibah telah memberitakan kepada kami, dia berkata: Abu Bakr bin Ayyasy telah memberitakan kepada kami, dari alAjlah, dari Ibnu Abil Hudzail, dia berkata:
Abdullah (bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu) mengunjungi seseorang, dan bersama beliau ada seorang temannya. Tatkala beliau telah masuk ke rumah, temannya itu mulai melihat-lihat isi rumah, maka beliau berkata kepadanya:
✴”Demi Allah, kalau kedua matamu itu tercungkil, itu lebih baik bagimu”.
Syaikh Zaid bin Muhammad alMadkholy rahimahullah menjelaskan atsar yang ada dalam kitab Adabul Mufrod ini sebagai berikut:
Atsar ini menunjukkan keharaman berlebihan dalam memandang.
Dan sungguh dalil-dalil yang lain dalam alQuran dan asSunnah juga menunjukkan keharamannya.
Dan sesungguhnya, seseorang membiarkan pandangannya di dalam rumah-rumah orang yang ia kunjungi termasuk adab yang jelek, sebaliknya bahwa menundukkan pandangan dan membatasinya termasuk adab yang baik, sebagimana yang ditunjukkan dalam atsar tersebut bahwa di antara adab yang baik dan cara menjaga jiwa agar tidak terjatuh kepada maksiat adalah menjaga pandangan.
Memandang secara berlebih-lebihan terkadang menjatuhkan seseorang kepada yang diharamkan, dia memandang kepada sesuatu yang tidak halal baginya, entah memandang perempuan, dan entah memandang benda-benda yang si pemilik rumah tidak suka jika benda tersebut dilihat dengan seksama oleh siapapun.
Maka jika seseorang masuk ke dalam rumah saudaranya maka wajib baginya untuk membatasi pandangannya sesuai kadar kebutuhan saja.
Janganlah dia membiarkan pandangannya bebas berkelana di dalam rumah, sehingga dia tidak aman dari suatu kesalahan dan si pemilik rumah juga tidak aman dari berburuk sangka kepada tamunya.
Oleh karena itulah, Allah ‘Azza wa Jalla telah memuji Nabi-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Penglihatannya tidak berpaling (dari yang dilihatnya itu) dan tidak pula melampauinya”
(QS anNajm: 17)
Jadi, seperti inilah adab yang baik jika anda memasuki rumah saudaramu sebagai tamu atau pengunjung.
Janganlah membiarkan pandangannya berkelana di dalam rumah/tempat tinggal. Bisa jadi pandangan tersebut terjatuh pada sesuatu yang bisa menggelincirkanmu kepada dosa.
Dan hendaklah anda membatasi pandangan sesuai kadar kebutuhan.
Aunul’ Ahadis Shomad, Syarhul Adabil Mufrod, hal 470
✏hm
▪من شروحات العلامة زيد المدخلي رحمه الله▪
✔ باب فضول النظر
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ الأَجْلَحِ، عَنِ ابْنِ أَبِي الْهُذَيْلِ قَالَ‏:‏ عَادَ عَبْدُ اللهِ رَجُلاً، وَمَعَهُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَلَمَّا دَخَلَ الدَّارَ جَعَلَ صَاحِبُهُ يَنْظُرُ، فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللهِ‏:‏ وَاللَّهِ لَوْ تَفَقَّأَتْ عَيْنَاكَ كَانَ خَيْرًا لَكَ‏”
دل هذا الأثر على تحريم فضول النظر ،وقد دلت على تحريمه نصوص من الكتاب والسنة ،وإن إرسال المرء نظره في بيوت من زاره من سوء الأدب ،كما أن غض البصر وقصره من حسن الأدب كما دل الأثر على أن من حسن الأدب وحفظ النفس من الوقوع في المعصية حفظ النظر، ففضول النظر قد يوقع الإنسان في الحرام فينظر إلى ما يحل له ،إما من النساء،وإما من الأشياء التي لا يحب صاحب البيت أن يطلع عليها أحد ،فإذا دخل الأنسان في بيت أخيه فعليه أن يقصر نظره على مقدار الحاجة ،ولا يجول ببصره في البيت والدار ،فلا يأمن أن يقع في خطيئة ولا يأمن
أن يسيء به الظن صاحبه ،لذا مدح الله عزوجل نبيه محمدا صلى الله عليه وسلم فقال “ما زاع البصر وماطغى”
فهكذا من حسن الأدب إذا دخلت بيت أخيك ضيفا أو زائرا لا تجل النظر في البيت وفي الدار ،فربما يقع النظر على شيء يوقعك في المأثم ،وأن تقتصر بالنظر على قدر الحاجة.
عون الأحد الصمد شرح الأدب المفرد ص٤٢٠
Dikirim oleh : Abu Ishaq Hidayat Solo
WA thullab fyusy & SLN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar