Halaman

Minggu, 09 November 2014

Ikhlas dalam Menuntut Ilmu dan Keinginan Meraih Gelar atau Ijazah

Ikhlas dalam Menuntut Ilmu dan Keinginan Meraih Gelar atau Ijazah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ikhlas dalam Menuntut Ilmu
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
“Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka.”[HR. At-Tirmidzi dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu’anhu, Shahih At-Targhib: 106]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allah ‘azza wa jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” [HR. Ahmad, Abu daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahih Ath-Targhib: 105]
Beberapa Pelajaran:
1) Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat agung apabilla diniatkan ikhlas karena Allah ta’ala.
• Sebagian ulama berkata,
العلم صلاة السر، وعبادة القلب
“Ilmu adalah sholat yang tersembunyi dan ibadah hati.” [Hilyah Thalibil ‘Ilmi (dicetak bersama Al-Majmu’ah Al-‘Ilmiah), hal. 141]
• Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata,
العلم لا يَعْدله شيء لمن صحت نيته . قالوا : وكيف تصح النية يا أبا عبد الله؟ قال: ينوي رفع الجهل عن نفسه وعن غيره
“Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amalan apapun bagi orang yang niatnya benar (dalam menuntut ilmu).” Mereka bertanya, “Bagaimana benarnya niat wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Seorang yang menuntut ilmu itu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.” [Kitabul ‘Ilmi libnil ‘Utsaimin rahimahullah, hal. 22]
2) Bagaimana cara mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu:
• Engkau niatkan untuk menjalankan perintah Allah ta’ala.
• Engkau niatkan untuk menjaga syari’at Allah ta’ala, sebab menjaga syari’at itu dilakukan dengan menghapalnya dalam dada dan menulisnya dalam buku.
• Engkau niatkan untuk membela syari’at Allah ta’ala, yakni menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang disandarkan kepada syari’at.
• Engkau niatkan untuk meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dan engkau tidak mungkin meneladani beliau sampai engkau mengetahui petunjuk beliau shallallahu’alaihi wa sallam. (Diringkas dariSyarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 7-9)
3) Celaan yang keras terhadap orang yang membantah para ulama untuk riya’ dan sum’ah agar terlihat atau terdengar ilmunya, dan mendebat orang-orang bodoh untuk berbangga-bangga dan sombong dengan ilmunya (lihat Faidhul Qodir, 6/176)
4) Cinta popularitas adalah penyakit para penuntut ilmu yang harus diwaspadai.
• Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata,
ما صَدَق الله عبد يحب الشهرة بعلم أو عمل أو كرم
“Tidaklah jujur kepada Allah, seorang hamba yang cinta popularitas dengan ilmu, amal atau kedermawanan.” [Bayaanul ‘Ilmi, hal. 63]
• Bisyr bin Al-Harits rahimahullah berkata,
لا يجد حلاوة الآخرة رجل يحب أن يعرفه الناس
“Tidak akan mendapatkan menisnya akhirat, orang yang suka dikenal oleh manusia.” [Al-Hilyah, 8/343,Bayaanul ‘Ilmi, hal. 64]
5) Celaan yang keras terhadap orang yang berniat menuntut ilmu agama untuk meraih tujuan-tujuan duniawi semata seperti menginginkan ijazah, gelar sarjana, jabatan dan gaji yang tinggi;
• Akan tetapi kalau ia meniatkan ijazah tersebut untuk lebih membantunya dan memudahkannya dalam berdakwah maka itu niat yang baik. Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
إذا كانت نية الإنسان نيل الشهادة من أجل نفع الخلق تعليمًا أو إدارة أو نحوها، فهذه نية سليمة لا تضره شيئًا؛ لأنها نية حق
“Apabila niat seseorang mendapat ijazah untuk memberi manfaat kepada makhluk dengan pengajaran, pengaturan (manajemen pendidikan) dan yang semisalnya, maka ini niat yang selamat, tidak membahayakan sedikit pun, karena niatnya benar.” [Kitabul ‘Ilmi, hal. 21]
• Demikian pula apabila ia menuntut ilmu agama dengan niat ikhlas karena Allah ta’ala dan juga menginginkan ijazah untuk kemanfaatan duniawi seperti gaji yang tinggi maka tidak apa-apa.
• Berbeda dengan riya’ atau sum’ah, yaitu memperlihatkan atau memperdengarkan amalan demi mendapat pujian makhluk, ini diharamkan dalam semua keadaan, bahkan termasuk kategori syirik kepada Allah ta’ala.
• Adapun menuntut ilmu dunia dengan niat meraih harta dunia hukum asalnya mubah, namun apabila diniatkan juga karena Allah ta’ala maka menjadi ibadah (lihat Syarhu Hilyah Thalibil ‘Ilmi dan Kitabul ‘Ilmi libnil ‘Utsaimin rahimahullah, hal. 76-77)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
www.fb.com/sofyanruray.info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar